Chapter 2 - Sebelum Berangkat Kembali

1.3K 121 3
                                    

Lyon menyaksikan pertarungan Faelon dan Naldin dengan cukup antusias. Faelon, sebagai seorang elf-tentunya memiliki kemampuan bertarung yang sangat hebat. Ia sangat tangkas mengayunkan pedang dan menghindari serangan Naldin.

Sementara Naldin-biarpun memiliki tubuh yang kecil, kemampuannya juga tidak bisa diremehkan. Tebasan pedangnya kuat, dan ia ahli menangkis serangan. Akhirnya setelah cukup kelelahan, mereka pun menghentikan pertarungan latihan itu.

"Pertarungan yang hebat!" seru Naldin. "Ayo kita ulangi lain kali!"

Faelon tertawa dan duduk di samping Naldin. "Aku akan menantikan saat itu."

Tiba-tiba Endar menoleh ke arah pintu keluar arena latihan. Lyon sedikit kaget atas tingkahnya yang tiba-tiba, lalu berniat menanyakannya. "Ada apa, Endar?"

"Tidak apa-apa-tapi ada yang datang," ucapnya.

Tak lama kemudian, Arisu berjalan masuk ke dalam arena latihan. "Oh-jadi kalian semua ada di sini," katanya. Ia lalu berjalan ke arah Lyon.

"Oh, Arisu, ada apa?"

Arisu terdiam sebentar-menghela napas, lalu membuka mulut. "Raven bilang kita akan berangkat besok," ucapnya. Pernyataan Arisu membuat Lyon, Endar dan Naldin cukup terkejut.

"Besok? Apa tidak terlalu buru-buru?" tanya Endar.

"Raven bilang lebih cepat lebih baik. Raymere akan kedatangan banyak orang-orang yang ingin berlayar, terutama para pedagang-karena itu, agar kita dapat mendapatkan kapal, kita harus secepatnya pergi ke sana," terang Arisu.

Naldin menoleh pada Faelon, lalu berdiri dan membersihkan debu dari celananya. "Sayang sekali aku harus pergi," ucapnya, mengulurkan tangan pada Faelon. Faelon menyambut uluran tangan Naldin, lalu ia pun berdiri. "Senang bisa berlatih denganmu, Pangeran," ucapnya sambil nyengir.

"Senang berlatih denganmu juga, Dwarf," balas Faelon. "Kurasa kalau kalian akan pergi besok, kalian harus membereskan barang-barang kalian sekarang," ucapnya lagi.

"Terima kasih atas saranmu, Yang Mulia," kata Lyon sambil membungkuk, lalu, bersama teman-temannya, berjalan meninggalkan arena latihan.

***

Raven berjalan menyusuri lorong. Sesekali ujung tongkatnya mengetuk lantai seiring langkahnya. Sesampainya ia di depan sebuah pintu besar dari kayu, yang dipenuhi ukiran-ukiran sejarah elf hutan timur, ia mengetuk pintu. Jeda sesaat.

"Masuk," sahut sebuah suara dari dalam pintu.

Raven menggenggam gagang pintu dan mendorongnya, lalu berjalan masuk. Imrathion sedang duduk di singgasananya, jubah peraknya menjuntai hingga menyentuh lantai. Imrathion menatap Raven yang kini membungkukkan badan di hadapannya. "Saya izin mohon diri untuk pergi meninggalkan hutan ini besok," ucap Raven, masih membungkuk.

"Dan ke manakah kau akan pergi, Penyihir Hitam Kelam?" tanyanya.

Raven terdiam sebentar, kemudian menjawab, "Kami akan pergi menuju Arfeim, Yang Mulia Raja. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini, telah memberikan tempat tinggal untuk kami dan melayani kami dengan baik. Kami tidak akan melupakan jasa-jasa anda."

"Baiklah kalau begitu," kata Imrathion. "Aku akan menyuruh orang-orangku mengantarmu besok ke luar hutan-atau kalau perlu, sampai ke Raymere."

"Sampai ke luar hutan saja, jika anda berkenan."

"Baiklah," balas Imrathion singkat. "Semoga langit melindungi kalian, Penyihir Hitam Kelam. Jika kalian memiliki niat untuk kembali lagi ke sini, kami akan menyambut kalian dengan tangan terbuka," lanjut sang raja-dengan nada bicara yang terdengar sedikit datar.

Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang