Pagi itu Naldin duduk di sarang gagak² kapal, menikmati angin laut yang berhembus tenang sambil bermain teropong. Sebagai dwarf yang selama ini tinggal di dalam pegunungan, melihat pemandangan seperti ini membuatnya sangat senang. Kurasa aku dwarf pertama yang menyebrangi lautan, pikirnya bangga.
Ketika ia bermain dengan teropong, Naldin menyadari sesuatu di kejauhan. Ia melepas teropong dan menoleh ke bawah. "Hei, apakah kalian lihat yang ada di depan sana?" tanyanya.
Seorang awak kapal yang kebetulan lewat membalas, "Lihat apa?"
"Di sana." Naldin menunjuk lurus ke depan. "Kurasa barusan aku melihat daratan."
"Benarkah?" seru si awak kapal. "Aku harus memberitahu Kapten Heldric!" sambungnya yang kemudian berlari. Naldin mengangkat kedua bahunya, lalu kembali melihat dengan teropong.
Heldric duduk di dalam kabin bersama Raven. "Apakah kau sudah merasa baikan sekarang?" tanyanya.
Raven mengangguk pelan. "Ya. Terima kasih, Heldric," ucap Raven.
"Kapten!" Seorang awak kapal membuka pintu kabin dengan tiba-tiba, mengagetkan Heldric dan Raven. "Si dwarf berkata bahwa ada daratan di depan sana!" serunya.
Heldric dan Raven menatap awak kapal itu tak percaya. "Benarkah?" Heldric beranjak dari kursi dan berjalan ke luar kabin, diikuti Raven di belakangnya. Ia merogoh teropongnya dari sabuk dan meletakkannya di depan mata.
Naldin benar—ada daratan di hadapan mereka. Heldric menatapnya takjub. "Kurasa sebentar lagi kita akan sampai tujuan, Raven," ucap Heldric.
"Aku akan memberitahu yang lain," tutur Raven yang kemudian berjalan ke bawah dek. Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu kabin Lyon. "Bersiaplah, anak-anak. Kita akan segera sampai," katanya.
Mendengar hal itu, Lyon menjadi bersemangat. "Kau dengar itu, Endar? Sebentar lagi kita akan tiba di tujuan!" serunya, buru-buru mengenakan rompi dan sepatu botnya, tak lupa memasang pedang di sabuk. Endar hanya tertawa.
"Pelan-pelan, Lyon," ucapnya, beranjak dari tempat tidur dan mengenakan sepatu. Ia lalu berjalan dan membuka pintu, mendapati Naldin yang berlari ke arahnya.
"Hei, hei! Kalian harus lihat ini," kata Naldin, sedikit terengah-engah, menggenggam lengan Endar dan menariknya. "Ayo!" serunya tak sabar.
"Lyon, tolong beritahu Arisu dan Yura," seru Endar yang telah ditarik Naldin menuju dek.
Lyon menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia kemudian mengetuk pintu kabin Arisu. "Arisu, apa kau di dalam?" tanyanya.
"Ya?" Arisu membalas dari dalam kabin.
"A-ah—bisakah kau bersiap-siap? Sebentar lagi kita akan sampai," ujar Lyon, berusaha menyembunyikan nada tak sabar dalam bicaranya.
Tak ada jawaban. "Baiklah, aku akan menyusul nanti," ucap Arisu kemudian.
"B-baiklah, aku akan menunggu," balas Lyon, lalu ia berjalan menuju dek. Sinar matahari membuatnya silau beberapa saat, kemudian Lyon berjalan ke arah Endar dan Naldin.
"Lyon, lihat!" seru Naldin antusias, menunjuk ke bawah kapal. Lyon yang sedikit kebingungan menoleh ke bawah—dan ia melihat air laut yang sangat jernih. Mereka dapat melihat ikan berwarna-warni berenang—bukan ikan biasa, ikan-ikan itu memiliki sepasang sayap kecil di tubuh mereka.
Lyon menatapnya takjub. "Indah sekali," gumamnya, kemudian menatap ke depan. Daratan yang sangat luas kini terlihat dengan jelas di hadapan mereka. Raven berjalan ke samping Lyon.
"Kita sudah sampai," ucapnya, tersenyum tipis ke arah Lyon. "Selamat datang di Arfeim, Lyon."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]
FantasiAter dan sang naga Arkan sudah dikalahkan. Lyon dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka menuju Arfeim, benua para peri, serta memulai pelajaran Lyon soal sihir. Namun Eadred mengirimkan empat orang jenderal terkuatnya untuk melanjutkan perb...