Chapter 9 - Perpisahan

605 60 2
                                    

"Kita akan berangkat nanti malam," tandas Alan.

"Malam ini?" Claes mengulangi kata-kata Alan, terlihat sedikit heran. "Sudahkah kau memberitahu Yang Mulia dan Pangeran?"

Alan menggelengkan kepalanya pelan. "Aku akan memberitahu mereka nanti."

Tak lama kemudian Kai dan Seth pulang dari membeli beberapa bahan makanan di pasar yang terletak tidak jauh dari desa. "Kudengar akhir-akhir ini banyak orang yang membicarakan soal empat jenderal atau semacamnya... apakah kalian tahu apa itu?" tanya Kai.

"Mereka adalah empat pemimpin perang terbaik Eadred—seingatku," jawab Thorn. "Lebih baik kita tidak berurusan dengan mereka," lanjutnya.

"Kenapa?" tanya Elric, "apakah mereka sehebat itu?"

Klein menelan ludah. "Kudengar mereka akan menghabiskan siapapun yang menghalangi jalan mereka," sambungnya. "Mereka adalah petarung yang ditakuti. Kurasa Eadred pasti punya alasan untuk membiarkan mereka berkeliaran.

"Pemimpin mereka, Dreizehn, sudah sering membantu Eadred menaklukkan beberapa wilayah besar bersama ketiga rekannya yang lain," ucap Klein, "dan kudengar anggota termuda dan terakhir mereka, adalah seseorang yang haus darah. Ia tidak segan membunuh siapa saja yang dianggapnya musuh."

"Kelihatannya benar-benar orang yang merepotkan," sambung Elric.

Seth meletakkan cangkirnya di meja. "Apakah mereka ditugaskan untuk mencari kita?"

"Mungkin saja," jawab Thorn, "atau mungkin mereka ditugaskan untuk mencari orang lain. Yang jelas, lebih baik kita tidak dekat-dekat dengan mereka."

Di tengah-tengah pembicaraan mereka, Elia berjalan menghampiri. "Permisi, Tuan-tuan," ucapnya, membuat Alan dan teman-temannya menghentikan pembicaraan dan membungkuk pelan ke arah Elia. Elia kemudian tertawa kecil. "Tidak usah membungkuk seperti itu," katanya, "apakah kalian sudah memutuskan kapan akan pergi?"

"Aku memutuskan untuk tetap tinggal di sini."

Mendengar keputusan ratu mereka, para ksatria terkejut. "Tapi, Yang Mulia, terlalu berbahaya untukmu tinggal di sini sendirian. Ikutlah bersama kami," pinta Alan, namun Elia hanya menggelengkan kepala.

"Tidak usah khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini," katanya sambil menggenggam kedua bahu Alan. "Bawalah Jean bersama kalian. Jangan biarkan orang lain tahu tentang siapa ia sebenarnya—tolong jagalah dia," pinta Elia.

"Apakah anda sudah memberitahu Pangeran, Yang Mulia?" tanya Seth, diikuti gelengan pelan sang ratu.

"Aku akan memberitahunya nanti," balasnya. "Mungkin menurutnya ini keputusan yang buruk, tapi untukku keputusan ini lah yang paling baik," lanjut Elia. Mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mendengar pembicaraan mereka di luar ruangan.

***

Jean duduk menyendiri di sebuah batu karang. Sesekali ia mengambil kerikil kecil dan melemparkannya ke laut, sambil membiarkan ombak membasahi ujung-ujung jari kakinya. Pembicaraan ibunya dan para pengawal—begitu Jean menyebut mereka—ibunya itu membuat pikirannya campur aduk. Terutama saat sang ibu memutuskan untuk tetap tinggal.

Jujur saja, ia tidak meminta diangkat sebagai raja-walaupun ia memang keturunan dari mendiang raja sebelum Eadred. Hidup sederhana seperti ini cukup baginya, dan ia tidak meminta lebih. Ia selalu berpikir untuk menghabiskan hidup bersama ibunya di desa tepi pantai ini.

Mendengar kata-kata ibunya yang memilih untuk tidak ikut pergi, ia kembali ragu dengan pilihannya untuk pergi bersama pengawal-pengawal ibunya. "Aaah, menyebalkan." Jean melempar kerikil yang diambilnya sekuat tenaga ke laut.

Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang