Trak!
Suara pedang kayu membentur satu sama lain.
Elric menangkis ayunan pedang Jean, kemudian dengan cekatan mengayunkan pedang kayunya ke arah leher Jean. Jean yang terkejut degera menunduk menghindar, kemudian mengayunkan pedang kayunya dari bawah menuju dagu Elric, yang lagi-lagi menangkis serangannya.
Mereka saling menekankan pinggiran pedang kayu ke satu sama lain, sebelum akhirnya Elric mendorongnya lebih kuat dan membuat Jean melemparkan pedang kayunya dengan satu ayunan kuat.
"Baiklah, sampai di sini dulu," ucap Elric sambil mengangkat tangan kanannya, kemudian berjalan ke tempat duduk paviliun, mengambil nampan dengan dua cangkir teh terletak di atasnya. Jean mengatur napasnya, terengah-engah. Ia mengelap peluh yang mengalir dari dahinya.
"Kau sudah mengalami beberapa kemajuan dari pertama kali aku berlatih denganmu, Yang Mulia," jelas Elric, menyodorkan secangkir teh pada Jean.
Jean mengambil cangkir teh itu dan meneguknya cepat. "Tapi tidak akan cukup jika aku suatu saat harus pergi bertarung mempertahankan negeri ini—itu yang mau kau katakan, bukan?" sambung Jean.
Elric hanya terkekeh, sudah terbiasa dengan komentar-komentar Jean yang kadang terdengar menusuk. "Begitulah. Karena itu, kita akan terus melakukan latihan sampai kau bisa mahir dalam bertarung," ucap Elric, menyeruput tehnya.
Jean sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk belajar bertarung—tapi, mengingat ini adalah salah satu kewajibannya kelak, ia harus menjadi anak baik dan mengikuti perintah. Toh, ini juga untuk kebaikan dirinya sendiri nantinya.
"Ngomong-ngomong, Elric, pasukan yang waktu itu dikirim Lord Seith ke hutan-aku-tidak-tahu-apa itu belum juga kembali. Apakah terjadi sesuatu?" tanya Jean memecah keheningan dengan nada penasaran.
Elric memutar kedua bola matanya sambil bergumam. "Hutan timur letaknya cukup jauh dari sini, jadi... kurasa memang dibutuhkan waktu yang lama untuk bisa tiba di sana," jawabnya. Raut wajahnya kini terlihat murung. "Kurasa orang-orang yang menyerang hutan timur adalah empat jenderal yang dimaksud Alan," katanya pelan.
Jean turut memerhatikan Elric dengan serius, ia dapat merasakan kekhawatiran di wajah pria itu. "Mereka bilang mereka mencari Lord Dragonslayer dan Lord Clockworker—siapa itu?" tanya Jean, yang hanya dibalas gelengan kepala Elric.
"Aku tidak tahu. Kukira mereka akan mencari kami para ksatria, karena beberapa waktu yang lalu kami membobol salah satu penjara mereka dan membebaskan rekan-rekan kami yang dipenjara—walaupun kami kehilangan salah satu rekan kami," tutur Elric menggigit bagian bawah bibirnya, mengingat kembali kejadian itu dan gugurnya Mitch.
Tak lama kemudian, seseorang berjalan menghampiri mereka-tidak lain tidak bukan adalah Lord Seith. Jean kaget akan keberadaan sang lord elf yang muncul tiba-tiba, dan buru-buru membungkuk sebagai tanda hormat. "My Lord," ucapnya, canggung.
Lord Seith hanya tersenyum tipis dan mengisyaratkan Jean untuk bangkit kembali. Jean yang masih tak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan pun mengikutinya. Saat menatap Elric, wajah sang lord berubah serius. "Elric, sebenarnya ada hal yang ingin kami sampaikan padamu," ucap Lord Seith, "sejak beberapa hari yang lalu. Sayangnya kami selalu mendapatimu sedang melatih Lord Jean, dan kami tidak ingin mengganggu latihanmu dan Lord Jean," lanjut Lord Seith, suaranya setenang permukaan air.
"Apa yang ingin anda sampaikan, My Lord?" tanya Elric.
Lord Seith menghela napas. "Orang-orang yang menyerang hutan Olalion beberapa hari yang lalu ini, atau mungkin kau mengenalnya dengan sebutan empat jenderal—sedang mengincar keponakanmu, Lyon," ucapnya, suaranya masih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]
FantasyAter dan sang naga Arkan sudah dikalahkan. Lyon dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka menuju Arfeim, benua para peri, serta memulai pelajaran Lyon soal sihir. Namun Eadred mengirimkan empat orang jenderal terkuatnya untuk melanjutkan perb...