Begitu foto tersebut menyebar di grup chat BBM kelas, Atha dan kedua temannya langsung pergi meninggalkan kantin, segera menuju kelas untuk menemui May.
Atha gak lantas meledak, dia menghampiri May dengan langkah santai meski seisi kelas sudah menatapnya dengan berbagai ekspresi. Atha berdiri di depan meja May yang kebetulan berada di barisan paling depan. May membalas tatapan Atha dengan senyum tak berdosanya.
"Iya-iya! gue bakal hapus,kok!" ujar gadis berkawat gigi itu setelah menyerah dengan tatapan Atha yang tenang , tapi menusuk.
Atha tersenyum, mengatakan 'bagus' tanpa suara. Ia masih berdiri disana saat May menghapus postingannya di grup tsb.
"Nih!" May memberi unjuk ponselnya kepada Atha, lalu kembali berkata, "Udah,kan? Gak ada urusan lagi gue sama elo,ya."
"Tunggu dulu,dong." balas Atha, "Elo dapet darimana pic itu? Gue gak lihat ada elo di sana." katanya penasaran.
Namun, May menggeleng mantap. Dia tidak ingin membocorkan siapa paparazi dadakan yang berhasil memotret Atha dan Bella semalam. Karena itu, Atha terpaksa bertindak lebih dekat. Maksudnya, Atha sedikit memajukan wajah dan tubuhnya dengan senyumnya yang paling manis sehingga membuat May reflek menarik mundur wajahnya.Seisi kelas diam, dan masih menonton dua orang itu tanpa bersuara.
Dengan posisi ambigu itu, Atha kembali bertanya dengan suara yang sedikit berbisik, "Dapet dari mana ,May?"
May mengakui dalam hati bahwa pesona kawan sekelasnya ini benar-benar mampu membuyarkan konsentrasi. Dia menyerah. "Oke-oke!" May mendorong bahu Atha , membuat gadis tomboy itu kembali ke posisi semula. "Gue dapet dari Nilna, anak kelas sepuluh yang kebetulan ngelihat elo disana." Akunya.
"Kelas sepuluh apa?"
"Sepulah satu, ips."
Atha mengangguk, dan segera pergi menuju kelas sepuluh satu ips. Namun, belum sampai di ambang pintu, Atha terpaksa berhenti begitu mendapati Venya dengan beberapa temannya muncul tiba-tiba. Atha berdecak sembari merutuki nasib didalam hatinya. Ditambah Raut muka Venya benar-benar terlihat tidak bersahabat sekarang.
--------
"Gue gak tahu, Div! Gue beneran gak tahu!"
"Ya selow,neng. Frustasi banget lo."
Bella menghela napas kasar. Diva ikut-ikut menghela napas dan mengambil tempat untuk duduk dissamping temannya itu.
Sekarang ini, Bella yang ditemani Diva sedang bersembunyi di tempat yang syukur sekali---jarang diminati oleh para siswa dan siswi sekolah mereka. Bukan toilet. Bukan juga belakang sekolah. Melainkan perpustakaan.
"Lagian lebay banget sih sampe segitunya! Emang bagus banget gitu si Atha sampe lagi makan aja di foto!" Bella kembali mengoceh.
Diva mengerti, dia sudah kenyang mengonsumsi ocehan kekesalan temannya itu. Dan berkali-kali itu juga Diva menjelaskan posisi Atha disekolah mereka.
"Gue tahu! dia emang beda. Ibarat angsa di kumpulan bebek buluk, tapi gak usah lebay juga,Div!" kata Bella dengan suara tertahan. Namun, terdengar jelas sebalnya.
Diva mengernyit, kali ini dia tersinggung. "Gue gak ngefan sama kakak lo,nyet!" balasnya nggak kalah geram.
Bella menoleh ke samping, dengan alis yang saling menaut. "Bukan kesel sama elo,Diva... Arrghh!! Gue bingung! Serasa kayak seleb yang banyak hatersnya tahu!" keluh Bella.
Diva menepuk bahu Bella berkali-kali, mencoba memberi semangat pada si teman.
"Terus gue mesti gimana,Div?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atha,That's Her Name (gxg)
Любовные романыGadis itu berkepribadian tenang, namun bisa jadi monster jika emosinya memuncak.Gadis itu tertawa ketika ada hal lucu didepan matanya, namun tidak banyak bicara. Senyumnya meneduhkan. Tawanya enak didengar. Tangisnya menyayat hati. Gadis itu p...