20||Entah disebut apa ini?

10.6K 856 39
                                    

               Atha bukan tipe orang yang pandai mengobrol,sebenarnya. Dia hanya akan mengobrol panjang lebar jika topik bahasan obrolan tersebut memang menarik baginya, misalnya mengenai hobi. Jika sedang dilanda malas, atau sebut sajalah bad mood, Atha biasanya hanya merespon sekadar anggukan atau gelengan kepala. Atau dengan kalimat pendek, seperti iya, mungkin, nggak tahu, dan nggak. Atau... yang lebih ekstrim, Atha hanya akan merespon dengan ber-hmm saja.

Seperti halnya saat ini, entah sudah berapa kali hela napas penanda rasa bosan keluar dari mulut seorang Atha. Dia cukup senang dengan kehadiran sahabat dari abang nomor duanya yang sungguh diluar dugaan. Sejak Venya bergabung dan mendominasi percakapan, sejak itulah Atha dilanda bosan.

Bukan karena sosok Venya. Bukan. Sejujurnya Atha sedikit bersyukur atas kehadiran gadis periang satu itu. Dia tidak akan membuat Sherin susah payah mencari bahan obrolan. Dengan adanya Venya, semua berjalan lancar. Hanya saja... Atha tidak menemukan kesenangan dalam setiap topik pembicaraan mereka. Bagaimana tidak? Pasalnya yang mereka bahas tidak jauh-jauh dari pernak-pernik perempuan. Berbagi informasi mengenai merk make up mana yang paling bagus. Bagaiamana fashion terbaru tahun ini. Lalu hal-hal lain yang tidak kalah membuat Atha bingung.

Yang Atha tahu hanya seputar olahraga. Anime. Film komedi negri gajah putih. Soal pakaian pun Atha pastilah lebih nyambung bicara dengan kedua abangnya dan kawan-kawan prianya.

"Tha, kenapa kamu?" Sherin mengerti , dia peka terhadap suasana hati adik sahabatnya ini.

"Gue laper." Atha jujur,kok.

"Ya udah, kita makan dikantin aja, yuk!" sahut Venya dengan dengan semangat 45.

Sayang, meski Sherin mengangguk sambil tersenyum, Atha justru menggeleng. "Males ke kantin. Palingan juga udah habis semua." katanya. Venya mencebik, meragukan pendapat cewek didepannya itu.  Atha hanya mengendik, "ya udah kalo nggak percaya. Gue mau nyari disini aja." Atha beranjak pergi meninggalkan dua orang gadis yang diam sambil saling melempar pandang.

               
         Puas berkeliling , akhirnya Atha memutuskan berhenti di stan mi cup instan yang ikut mensponsori acara pentas seni sekolah mereka hari ini. Langkahnya spontan terhenti begitu melihat bahwa diantara pelayan stan sponsor tersebut ada adiknya, Bella yang tengah sibuk memberikan cup-cup mi itu pada pembeli yang rata-rata adalah murid bernama cowok. Atha masih diam ditempatnya, menyaksikan senyum sang adik yang sabar melayani para pembeli sedikit anarkis itu. Saat Bella menyelipkan sebagian rambutnya yang mengganggu kebelakang telinga, Atha semakin termenung. Diam seperti patung.

Adiknya... cantik sekali.

         Diva menyadari , menangkap sosok patung bernyawa yang berada tak jauh dari stan mereka langsung menyikut lengan Bella. "Ada kakak lo disana." bisiknya menunjuk sosok tersebut dengan dagu.

Bella yang menelan mentah informasi dari Diva itu langsung melempar pandangan ke arah yang ditunjuk oleh Diva. Sontak mata mereka bertemu. Bella melengos, kembali melayani para pembeli.
        
        Kening Atha mengernyit, salah apa lagi dia kali ini? Atha langsung kembali melangkahkan kaki setelah melihat pembeli yang berangsur pergi. Ia tersenyum, menyapa para pelayan stan yang langsung ditunjuk oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

"Hai bang-"

Atha menunjukkan kepalan tinjunya ke arah Dudun yang sedang menyusun cup-cup mi dari dalam kardus keatas meja.

Dudun nyengir , "Sorry,kak,suka lupa gue," katanya sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengah sebagai tandai damai. "Mau beli mi?"

Belum sempat membuka mulut untuk menjawab, adik kelasnya yang lain sudah mendahului. "Kagaklah,Dun! Kak Atha pasti mau ngawasin adek tercintanya. Ya kan, Bell?" sengaja Jay menyebut Bella, membuat gadis yang sibuk mengelap meja stan itu memutar mata.

Atha,That's Her Name (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang