16||Another side

10.2K 827 18
                                    

"Sher?Sherly?Sherina?Sherina munaf? Sher siapa,sih?!"

Bella sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Meski layar televisi sedang menayangkan lanjutan episode drama korea W yang ia putar  kemarin, nyatanya gadis itu sama sekali tidak konsen. Dia malah memikirkan hal lain, yang sebenarnya tidak ada manfaat untuk dirinya.

"Ck!" Bella berdecak kesal, dia mengibaskan tangan--seolah mengusir pertanyaan-pertanyaan yang mengganggunya belakangan ini.
Namun, Bella masih sangat penasaran. Kalau orang secuek Atha sampai melompat untuk menutup mulut Agam hanya karena sebuah nama, bukankah itu adalah rahasia besar?

"Ahh,Bodo amat,lah!" katanya.

Bel rumah berbunyi selang beberapa menit dengan Bella yang kembali fokus pada tontonannya. Mbak Yulia yang datang dari arah dapur mempercepat langkah kakinya menuju pintu depan. Bella tidak begitu penasaran dengan tamu yang datang, karena itulah dia tetap fokus menyaksikan akting aktor korea favoritnya dalam drama tsb.

"Mbak udah lama nggak main kesini." suara mbak Yulia terdengar , diiringi dengan derap langkah orang lain selain mbak Yulia sendiri. "Duduk dulu,mbak. Saya buatin minuman dulu,ya?" Tamu itu tersenyum sembari mengangguk pada Mbak Yulia yang kembali menuju dapur.

     Bella nampaknya terlalu fokus, sehingga saat dirasakannya ada pergerakan pada sofa yang ia duduki, barulah Bella menoleh ke sampingnya. Sontak kedua mata Bella membelalak begitu mendapati sosok tamu yang ternyata adalah orang yang sejak satu sekolahan tahu hubungannya dengan sang kakak--- paling Bella hindari di sekolah.

"Kak." sapa Bella kikuk, senyumnya pun ikutan kaku.

Venya hanya membalas sapaan itu dengan senyum seadanya. Gadis yang malam ini mengenakan jumpsuit hitam dengan tas tangan warna senada nampak begitu cantik. Ditambah polesan tipis make up diwajah mulusnya itu, dan juga rambut lurus panjangnya yang ia kuncir setengah. Jujur, Bella minder sekarang.

Meski Bella sudah kembali pada aktivitasnya yang tadi, gadis itu masih saja sesekali melirik ke samping. Venya nampak anggun sekaligus angkuh ketika duduk seperti itu, dengan kaki kirinya yang menumpu pada kaki kanan. Dia juga sedang fokus dengan ponselnya.
Bella menggeleng samar, lebih baik dirinya fokus menonton saja.

Mbak Yulia muncul dengan membawa segelas teh hangat ditangannya. "Diminum,mbak Ven." ujarnya sembari meletakkan gelas teh tersebut ke atas meja.

"Makasih,mbak." balas Venya tersenyum tulus.

Bella melongo, ternyata kakak kelasnya itu bisa juga memberikan senyum tulus ke orang. Lalu, kenapa jika terhadapnya Venya selalu menunjukkan kesan angkuh?

"Ven?"

Keduanya menoleh serempak. Atha terlihat kaget ,tapi kembali seperti biasa. Dia melirik jam  dinding di atas televisi. Ini baru pukul tujuh lewat sedikit. Atha kembali menoleh pada teman sekelasnya tersebut.

"Elo naik apa kesini?" tanya Atha.

Venya tersenyum,lalu menjawab, "grabcar."

"Harusnya elo tunggu aja dirumah. Gue kan bawa motor ntar."

"Udahlah,tha. Gue juga udah di rumah elo,kan. Mending elo buruan ganti baju,deh. Eh,tapi gini juga nggak apa,lah!"

Atha mengernyit. Dengan boxer dan juga kaos oblong seperti ini?

"Elo udah keren kali,tha!"

Bukan hanya Atha yang memutar bola mata, tapi Bella ikut-ikut memutar bola mata. Rasanya mau muntah ditempat! Seleb papan atas sekelas Al Ghazali juga nggak bakal keren kalau malam mingguan hanya dengan setelan boxer dan kaos oblong saja.

Atha,That's Her Name (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang