Suara dentingan yang berasal dari garpu dan sendok beradu dengan piring mendominasi suasana dimeja makan berisikan enam orang tersebut. Pagi ini mbok Rumi memasak Nasi goreng yang dicampur dengan daging kornet dan potongan sosis ayam. Rasanya enak sekali. Membuat nafsu makan penghuni rumah tersebut jadi menukik naik.
Sesekali obrolan ringan terjalin diantara keluarga kecil tersebut. Ditambah ada dua orang lainnya yang baru menjadi Anggota kelurga yang dikepalai oleh Altaf Dwi Anggara. Iya, Lelucon yang Agam atau papa lempar dan disahuti oleh Adam berhasil membuat kedua anggota baru itu tertawa disela sarapan mereka. Rasanya keluarga ini hangat sekali.Harmonis. Hanya saja ada yang mengusik Rani sedari tadi. Beberapa kali matanya melirik kearah anak tirinya , Atha. Gadis itu diam saja, menikmati nasi gorengnya. Ah, apa sesulit ini menjadi seorang ibu tiri?
"Atha mau nambah lagi sayang?" Rani membuka obrolan dengan Atha.Yang lain melirik Atha dengan raut ragu,sekaligus penasaran akan respon gadis berstatus anak bungsu tsb.
Atha sudah menegakkan kepalanya, balas menatap mama tirinya dengan raut wajah datar. "Gak usah." Jawabnya biasa, namun mampu membuat yang lain menghela napas. Althaf jadi geram sekarang. Rani langsung menyentuh tangan Althaf, memberi isyarat agar Althaf tidak bertindak apapun.
Bella yang menyaksikan menjadi geram.Dia tidak suka mamanya diperlakukan seperti barusan oleh Atha.Apa sesulit itu menerima kehadiran orang baru? Apa sesulit itu menerima seorang ibu tiri? Setidaknya Atha menghormati sikap baik mamanya. Bella bukan merasa senang sekarang,dia juga merasa keberatan saat sang mama meminta izin untuk menikah. Namun, Bella bukan anak yang egois.Dia juga ingin melihat mamanya itu bahagia,bukan hanya bahagia karena dirinya.Tapi juga bahagia karena seseorang yang dicintai Rani,Suaminya yang sekarang.Bella ikhlas,sumpah. Dan saat melihat sikap Atha, gadis 16 tahun itu jadi geram seketika.
Atha menatap jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.Ia menyelesaikan makannya dengan segera, lalu menyilangkan sendok dan garpu seusai menghabiskan nasi goreng buatan mbok rumi. Atha segera menguk air putihnya. Selesai sarapan, gadis tomboy itu berdiri lalu berkata, "Aku udah telat. permisi semua." Gadis itu membungkukan tubuhnya sejenak. Bukan, Atha gak kebanyakan nonton korea kok. Cara dia berpamitan memang seperti itu.Kebiasaan yang diajarkan oleh mendiang mamanya dulu, Dewi Rinjani.
"Atha,kamu.." Althaf mengehela napas,lagi.Ia menggeleng melihat sikap acuh anak bungsunya itu. Althaf ingin mengatakan sesuatu tapi sayangnya si bungsu sudah menghilang dari pandangannya. Mungkin sudah menstater motor maticnya diluar sana.
"Ah pa, Adam aja yang nganter Bella." Ucap si sulung menawarkan diri.
"Gak usah,kak! Bella bisa sendiri kok. Biasa juga naik angkot."
Althaf langsug menggeleng tegas. "Kamu gak usah pergi kalau gak ada yang nganter dari rumah ini!" Katanya.
Bella enggan melawan lagi.Dia hanya mengangguk paham sembari menampakan senyumnya yang canggung tersebut.
"Kalo elo takut dianter Adam, nanti gue yang nganter,Bell." Agam ikut nimbrung. Adam mendelik marah. Apa? Takut? Agam itu yang nakutin. "Tuh-tuh! Abang kita ini emang nyeremin,Bell." Lanjut Agam tanpa memperdulikan kembarannya yang duluan lahir dengan beda lima menit itu sudah menunjukkan kepalan tangannya . Yang lain tertawa, melihat dua orang kembar identik yang jarang sekali akur tersebut. Tawa bahagia.
Tanpa Papa dan siapapun dimeja makan tersebut sadari, ada seseorang yang masih berdiri mematung diruang tamu depan. Tangannya menggenggam kunci motor dengan emosi, matanya terpejam erat menahan sesuatu yang menyerang hatinya, rasa pedih dan gak rela secara bersamaan. Atha sakit hati. Mendengar canda tawa diruang makan yang terdengar hingga ruangan depan membuat Atha kecewa. Dulu sekali, dirinya mampu tertawa ceria setiap kali sarapan bersama kedua abang dan kedua orang tuanya. Demi apapun, Atha merindukan masa itu. Tapi bukan seperti ini, Atha rindu suasana hangat rumahnya yang masih ada mama. Wanita lembut dan super pengertian bernama Dewi Rinjani itu. Atha gak rela, dia gak bisa. Atha gak pernah memimpikan sosok ibu selain mama kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atha,That's Her Name (gxg)
RomanceGadis itu berkepribadian tenang, namun bisa jadi monster jika emosinya memuncak.Gadis itu tertawa ketika ada hal lucu didepan matanya, namun tidak banyak bicara. Senyumnya meneduhkan. Tawanya enak didengar. Tangisnya menyayat hati. Gadis itu p...