22|| Hug me

10.4K 864 58
                                    

              Lalu dering ponsel milik Bella berbunyi. Reflek menyadarkan keduanya. Atha langsung menarik wajahnya. Pun dengan Bella yang langsung mengambil posisi duduk. Mereka tak berani saling beradu pandang, keduanya terjebak dalam suasana canggung yang membuat mereka sama-sama salah tingkah.

Bella mungkin masih beruntung, pasalnya panggilan dari salah satu temannya bisa menyelamatkan dirinya. Gadis itu keluar dari kamar seraya menerima telfon, meninggalkan Atha yang masih berdiri kaku ditempatnya.

Atha menjatuhkan tubuhnya kekasur. Ia berbaring dengan kaki yang menyentuh lantai. Matanya memandang langit-langit kamar. Apa yang sebenarnya merasuki dirinya tadi? Bisa-bisanya ia terhanyut oleh suasana, dan hampir mencium bibir adiknya sendiri. Atha tidak masalah kalau itu gadis lain, tapi ini Bella! Atha bisa dibunuh kalau sampai Papa tahu.

"Ck!" Atha berdecak, "Arghhh! Bego banget, sih,tha!" geramnya pada diri sendiri. Gadis itu kemudian duduk, masih merenung. Bagaimana nanti dia menghadapi Bella? Atha benar-benar bingung saat ini.

Rumah bu Ambar!

          Atha pun langsung berdiri, ia membuka lemari dan mengambil jaket abu-abunya. Tak lupa kunci motornya yang terletak diatas meja belajar. Dia merasa beruntung tidak berpapasan dengan Bella Saat keluar kamar dan menuju pintu depan. Sesampainya di garasi, Atha langsung mengeluarkan motor kesayangannya. Gadis itu pergi meninggalkan rumah tanpa pamit pada siapapun.

-----------

            Seusai mengobrol dengan teman disekolah lamanya, Bella memutuskan untuk berdiam diri diteras belakang. Dia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan sang kakak.

            Bella mati-matian berusaha menghilangkan bayangan wajah Atha yang mungkin hanya berjarak satu centi dari wajahnya tadi. Bella harus bagaiamana? Jantungnya benar-benar berdetak tak karuan, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Bella menutup wajahnya dengan kedua tangannya,berulang kali kakinya menghentak lantai karena geram, malu, dan .... senang?

Kali ini Bella menutup wajahnya dengan bantal kursi yang tak kalah empuk dengan bantal dikamarnya, ia menjerit dibalik bantal tersebut. Wajahnya sekarang benar-benar merah karena malu.

"Gue harus gimana nanti??" tanyanya pada diri sendiri, dia bingung bukan main. "Pake acara jatuh,sih!!" Kali ini dia marah pada diri sendiri. Bella kembali menghentakkan kakinya ke lantai. Bella pun memutuskan untuk pergi. Ketika sampai dikamarnya dan sang kakak, Bella mengernyit heran karena tak menemukan Atha. Mungkin ke lantai dua, batinnya. Padahal Atha melarikan diri ke rumah bu Ambar.

Bella membuka lemari pakaian, mengambil beberapa lembar pakaian. Ia menarik kursi, menaikinya dan mengambil sebuah koper sedang diatas lemari. Saat ini Bella hanya ingin menenangkan diri di rumah lamanya. Ia memasukkan beberapa lembar pakaian kedalam koper, tak lupa buku-buku sekolahnya. Setelah selesai, gadis itu pun keluar sembari menarik koper tersebut.

"Loh-loh," mbok Rumi yang hendak menyiram tanaman langsung kaget melihat Bella membawa koper tersebut. "Non mau kemana toh?"

Bella tersenyum pias, "Aku mau ke rumah lama dulu,mbok. Sahabatku disana kangen katanya. Nanti aku kabarin mama sama papa,kok." ujarnya tak ingin membuat mbok Rumi khawatir.

Namun, raut cemas tak lantas hilang dari wajah tua mbok Rumi. "Non ada masalah apa toh sama non Atha?" tanyanya.

Bella menggeleng, "Aku nggak ada masalah sama kak Atha. Temen deket aku tadi nelfon,mbok. Kebetulan juga dia ada acara."

"Non ndak bohong,kan?"

Bella sekali lagi mengangguk, senyumnya tak kunjung hilang demi meyakinkan Mbok Rumi bahwa dirinya baik-baik saja.

Atha,That's Her Name (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang