"Elo... udah agak tenang?" tanya Atha seraya memberikan secangkir susu coklat hangat pada Bella.
Bella menyambut cangkir tersebut, meminumnya sedikit. Dia mengangguk, tapi tidak menjawab.
Atha tercenung melihat adiknya itu. Dia mengerti ketakutan yang dirasakan oleh Bella. Namun, sudah berselang sejam-an ,Bella tetap menutup mulutnya.
"Bell, kita pulang,ya?"
Hening.
Bella tetap menutup mulut. Atha menghela napas. Sudah berulang kali dia mengajak Bella untuk pulang. Namun, sama, Bella tetap menutup mulut.
"Kak,"
"Ya?" Atha tersenyum sumringah, senang bukan main saat Bella memanggilnya.
"Gantiin kaca jendela kamar gue,ya. Nanti mama marah."
"Hah?" Atha menggeleng, setengah nggak percaya dengan ucapan adiknya barusan. "Elo nggak lagi bercanda,kan?" Atha masih nggak percaya.
"Ish, enggaklah! Sampe mama tahu , bisa gawat urusannya." Bella kembali pada Bella yang sebenarnya. Bawel.
Atha mengangguk, "Iya, ntar gue panggil tukang buat ganti kaca jendela kamar lo." Sudahlah, daripada pusing, lebih baik mengiyakan.
"Ngomong-ngomong, kakak kok tahu alamat rumah ini?" tanya Bella kembali menyesap minumannya.
"Gue nanya papa," jawab Atha yang disahuti anggukan oleh Bella. "Bell, soal kemarin... gue minta maaf,ya? Gue-"
"Udahlah,kak. kita lupain aja soal itu. Gue malah mau bilang makasih sama kakak karna udah jadi pahlawan kesiangan buat gue." Bella tersenyum.
Tapi Atha menatapnya datar, membuat Bella mengernyit. "Elo mau muji apa mau ngejek?" kata Atha.
"Loh,kenapa? Gue muji elo,kok kak."
Atha beranjak, berjalan menuju pintu kamar Bella. "Gue nggak suka istilah pahlawan kesiangannya. By the way, elo mau ikut gue pulang,nggak?" tanya Atha yang berdiri diambang pintu.
"Ini rumah elo juga kali,kak."
"Gue punya rumah sendiri. Udah,ah! Kalo elo nggak mau ikut gue, gue pulang sendiri juga nggak apa-apa."
Bella manyun, cemberut. "Iya-iya! Gue beresin baju gue dulu bentar!" mau melawan gimana pun, pada akhirnya Bella tetap menurut untuk ikut pulang dengan Atha.
---------
Bukan langsung pulang ke rumah, Atha malah membawa Bella berkeliling. Pikirnya Bella butuh suasana berbeda daripada berdiam diri di rumah. Refreshing.
Sampailah mereka disebuah mall. Mereka turun setelah memarkirkan motor. Tanpa diminta, Atha langsung mengambil tas punggung milik Bella.
"Elo bawa apaan,sih?! Berat banget gini." kata Atha seraya memakai tas tersebut dipunggungnya.
Mereka memasuki gedung mall.
"Baju sama buku-buku gue," jawabnya santai, "Tadi gue mau bawa koper elo larang. Sekarang elo malah protes. Gimana sih,kak?"
Atha menghela napas. "Yakali elo ke mall sambil geret koper? Emangnya lo pikir bandara!" jujur saja, Atha kesal dengan adiknya ini. Apalagi Bella berjalan sembari bermain ponsel. "Kalo nabrak orang baru tahu rasa!"
Bella mencibir. meski ikut jengkel, Bella menyimpan kembali ponselnya. "Sini gue bawa sendiri aja tas gue!" katanya.
"Yakin lo?" Atha menantang. Dia melepaskan tas tersebut, memberikannya pada Bella. Namun, baru memegang sebentar, Bella langsung mengeluh karena berat. Atha kembali mengenakan tas tersebut. "Tahu gini langsung pulang aja tadi." kata Atha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atha,That's Her Name (gxg)
RomanceGadis itu berkepribadian tenang, namun bisa jadi monster jika emosinya memuncak.Gadis itu tertawa ketika ada hal lucu didepan matanya, namun tidak banyak bicara. Senyumnya meneduhkan. Tawanya enak didengar. Tangisnya menyayat hati. Gadis itu p...