10||Kita.... bisa..

9.7K 806 34
                                    

             Seorang gadis berparas cantik, memakai celana kulot hitam dan atasan kaos putih polos berlengan pendek , serta tas warna hitam yang terselempang dibahu kirinya memasuki lapangan. Entah sejak kapan Junet dan Heru keluar, tapi kedua cowok itu berjalan dibelakang si gadis dengan tangan yang penuh memegang plastik putih ukuran besar. Masing-masing dua plastik. Para cowok itu tentunya bersorak senang menyambut kehadiran si gadis bersama 'buah tangan' darinya yang dibawa oleh Junet dan Heru.

Gadis itu masih nampak mencari keberadaan seseorang, ditangan kanannya sudah ada paper bag merah jambu yang isinya entah apa.

"Samperin sana!" Kata Dayat menyikut lengan Atha. Atha hanya menggeleng dengan wajah ogah, dia gak mood.

"Kasihan,tha." Berry menyahut.

Benar juga ucapan Berry. Atha emang cuek, tapi masih punya hati,kok. Lihat Venya, betapa baik gadis itu membawakan makanan sampai empat plastik ukuran besar untuk anak-anak futsal.

        Atha bangkit dari duduk santai akhirnya, dia memanggil Venya. Jelas saja gadis yang rambut panjangnya digelung hari ini tersenyum senang sembari melambaikan tangannya pada Atha. Mereka bertemu , yang lainnya melirik kepo kearah mereka. Bukan suatu keheranan lagi kalau Atha akan menjalin hubungan yang spesial dengan cewek, satu sekolahan sudah sering mengira hal itu. Namun, sampai sekarang nyatanya Atha masih betah bertemankan sepi dengan status Jomblo-nya. Jadi, Atha itu Jomblo yang elegan.

"Elo ngapain beli jajan sampe empat plastik besar gitu? Boros tahu!" Itu yang pertama kali Atha ucapkan, membuat senyum Venya semakin berkembang.

"Udahlah, gak usah dibahas." Gadis itu kemudian memberikan paper bag ditangannya kepada Atha. "Oleh-olehnya." Katanya.

Atha tentu saja menerima, "Makasih. Elo gak perlu repot-repot kayak gini. Gue bisa ambil sendiri, atau disekolah nanti." Kata Atha sembari membuka paper bag merah jambu itu. "Kok dikotakin?" Tanyanya masih melihat kedalam.

"Dari sananya udah dikotakin,Atha."

"Ohh. Makasih,ya."

"Iya. Gue bawa makan buat elo. Mau ya? Elo pasti laper,kan?"

Atha mengusap tengkuknya spontan, dia merasa gak enak, terlalu merepotkan. Namun karena sudah terlanjur Venya disini, dia pun mengangguk. Venya tersenyum, senang. Mereka berjalan keluar lapangan, dimana ada bangku tunggu disana. Lihat! Para cowok itu masih saja kepo, mereka saling menyikut satu sama lain. Diam-diam iri dengan Atha.

         
              Mereka duduk dibangku panjang berbahan besi diluar lapangan futsal. Mereka yang didalam lapangan masih bisa melihat kedua orang itu. Venya cuek, pun dengan Atha yang gak peka. Ada saja yang mikir kalau Atha dan Venya itu pacaran.

          Venya membuka tasnya, mengeluarkan kotak makan dan membukanya. Atha yang tadinya penasaran langsung tersenyum kecil saat melihat isi dalam kotak makanan tsb.

"Eits!" Venya menepuk tangan Atha , membuat gadis tomboy itu mendengus sembari mengusap punggung tangan kanannya. "Tangan elo kotor, keringetan." Venya memperingati.

"Bawa tisu,gak?"

Venya menggeleng, "Gue lupa." Jawabnya.

Atha berdiri kemudian, dia hendak pergi ke toilet untuk mencuci tangannya, tapi Venya menahannya. Atha kembali duduk.

"Gue mau cuci tangan." Terang Atha.

Venya menggeleng, "Gak usah!" Katanya. Gadis itu pun mengambil satu donat mini dengan taburan keju diatasnya. "Gue suapin." Ucapnya.

"Tapi ven, gak enak sa...mmph.."
Satu donat mini itu langsung masuk kedalam mulut Atha.

Venya gak memberi izin untuk Atha menolak. Dia sudah susah payah bikin sendiri, Atha gak boleh menolak. Venya bikin sendiri? Ohh jangan heran! Gadis itu memang kursus masak,kok. Khususnya kue.
Pada akhirnya, Atha hanya pasrah saja saat Venya terus menyuapinya. Donat kentang bertabur keju itu terlalu mubazir untuk ditolak,kan? Tentu Atha gak mau.

Atha,That's Her Name (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang