Langit masih setia membasahi bumi dengan hujannya. Kedua kakak-beradik tiri itu pun masih menunggu kapan berhentinya hujan. Di sebuah bangunan Ruko dua tingkat yang nampak tak berpenghuni, mereka berdua berteduh. Atha masih setia menatap langit mendung yang membentang diatas sana, sedang Bella terus menggosok-gosok kedua telapak tangannya satu sama lain untuk sedikit menghangatkan dirinya.
Udara dingin sudah lumayan lama menyapa mereka. Jam tidak lagi menunjukkan waktu siang, tapi sudah beranjak sore. Tak satu pun kendaraan yang lewat didaerah itu, Atha yang gak suka lewat jalan raya memang sering memilih lewat jalan pintas. Hasilnya mereka berada didaerah yang sepi aktivitas lalu-lalang kendaraan, baik motor maupun mobil. Ada sih, satu-dua kendaraan yang lewat, itupun kendaraan bermuatan besar. Truk.
"Hujannya gak mau berhenti." ucap Bella yang memecah keheningan diantara keduanya.
Atha langsung menoleh, mengangguk sebagai respon. Dia kembali menatap langit , lalu memandang lurus kedepan ,dimana hanya ada hamparan ilalang liar disana.
"Kita terobos aja kali,ya?"
"Hah? Gak,ah!"
"Ya gimana lagi,Bell? Elo mau sampe maghrib disini?"
Bella diam ,gak memberikan balasan apapun setelahnya. Dia gak mau berakhir sakit setelah menuruti tawaran kakaknya itu. Bella jarang sakit, sekalinya sakit butuh waktu cukup lama untuk sembuh,dan agak merepotkan. Bella gak mau sampai itu terjadi. Meski dirinya yakin penghuni rumah gak bakal mengabaikan dirinya yang jatuh sakit. Paling , yah... Si Atha ini yang bakalan cuek bebek.
"Kok tambah deres ya?" kata Bella sembari mengulurkan tangan untuk merasakan air hujan yang turun dengan begitu deras.
"Elo yakin mau nunggu reda?" Atha kembali bertanya, membuat Bella jadi bimbang.
Arloji dipergelangan tangan Bella sudah menunjukkan pukul empat sore. Mereka bisa saja menunggu hujan reda, mungkin sejam atau dua jam? Namun, dilihat dari gelapnya langit dan hujan yang begitu deras, Bella jadi gak yakin kalau hujan akan turun dalam waktu sejam atau dua jam kedepan. Bisa jadi hujannya sampai malam nanti.
"Gue takut demem,kak." Bella mengutarakan kekhawatirannya.
Atha menaikan alisnya lalu berkata, "Elo penyakitan?" detik berikutnya Atha mendapat satu pukulan tepat dilengan kirinya, membuat gadis dengan potongan rambut pendek itu menggaduh kesakitan sembari mengelus lengannya itu.
Bella gak mengucapkan maaf , gak sudi. Gadis itu mengabaikan Atha yang tengah meringis.
Atha berdeham, kembali berlagak sok cool. Dia diam, memandang lurus kedepan seperti apa yang dilakukan Bella. Namun, sesekali ia melirik Bella melalui ekor matanya. Atha gak memungkiri fakta bahwa gadis disampingnya itu memiliki wajah yang cantik dan fisik yang sekali lihat maka akan mengundang pujian. Atha telah menyadari hal tersebut saat tragedi salah paham yang lalu. Saat papa menyidangnya, Atha diam-diam meneliti Bella. Atha agak heran sebenarnya. Dia belum pernah memperhatikan gadis seperti dia memperhatikan adik tirinya itu. Pernah! Atha ingat kalau hal seperti ini pernah terjadi dalam sejarah hidupnya. Atha menggeleng, membuyarkan fikirannya tentang Bella dan 'sejarah'. Atha berdeham untuk kedua kalinya.
Mereka benar-benar terjebak, hujan sama sekali tidak menunjukkan tanda akan berhenti. Atha sudah bosan menunggu, karena itu dia melepas jaket yang ia kenakan. Melihat itu, kening Bella sontak mengernyit bingung. Mau apa kakaknya itu?
"Pake!" perintah Atha memberikan jaketnya pada Bella.
"Apaan sih?" Bella masih bingung, dan gak suka juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atha,That's Her Name (gxg)
RomansaGadis itu berkepribadian tenang, namun bisa jadi monster jika emosinya memuncak.Gadis itu tertawa ketika ada hal lucu didepan matanya, namun tidak banyak bicara. Senyumnya meneduhkan. Tawanya enak didengar. Tangisnya menyayat hati. Gadis itu p...