"Eh?! Roy yang waktu itu gangguin gue ya?!" Pekik Mora saat teringat suatu kejadian yang akhirnya bisa sedekat ini dengan Rasya si the most wanted SMA Terna Mayata.
Dulu, Mora berjalan kaki melewati jalan sempit di dekat SMA Terna Mayata yang berujung dengan Jalan Mutiara, ia dicegat oleh tiga cowok berseragam SMA yang berbeda dari seragam kakak-kakak kelasnya. Dan sudah dipastikan, kalau ketiga cowok itu bukan siswa SMA Terna Mayata.
Seingat Mora, ketiga cowok itu tiba-tiba berjalan mendekati dirinya sehingga punggung-nya pun menempel di tembok jalanan itu. Sorot mata mereka terlihat seperti setengah mabuk. Perilaku dan cara jalan mereka pun gontai. Padahal, hari itu, masih siang.
Satu diantara ketiga cowok itu, bernama Roy Angga. Dia lah yang menyakiti fisik Mora karena tidak mau mencoba rokok yang ia tawarkan. Memang aneh sih, kenapa tiba-tiba ia menawarkan rokok. Mora yang ia tawarkan rokok, ya jelas menolak!
Karena terus menutupi mulutnya agar sebatang rokok itu tidak masuk mengenai bibirnya, kedua teman Roy menarik paksa tangan Mora agar tidak menutupi bibirnya lagi. Dan tangan kanan Roy, mengapit kedua pipi Mora dan menekannya keras sehingga Mora pun merintih kesakitan.
Oke, peluang Roy untuk memasukkan rokok yang ujung-nya menyala bekas bibir-nya pun semakin besar saat Mora sudah pasrah tak bisa melawan. Mora berusaha keras agar tetap menutup bibirnya.
Roy yang kesal, akhirnya mengeraskan apitan tangan di kedua pipi Mora sehingga Mora pun mulai sedikit membuka bibir-nya.
Saat sebatang rokok itu baru saja akan masuk, Rasya datang dan langsung menyerang Roy juga kedua temannya. Walau sempat kena beberapa pukulan, Rasya berhasil menyelamatkan adik kelas barunya itu.
"Lo gapapa? Tadi diapain sama mereka?" Tanya Rasya sambil berjalan berdampingan dengan Mora yang tubuhnya bergetar.
"Tadi, gue dipaksa nyobain rokok, Kak. Tapi kan gue gak mau, pas gue nolak, kakak yang tadi langsung bentak-bentak gue sambil megang pipi gue. Udah gitu diteken lagi! Kan sakit. Liat aja nih, Kak! Merah kan?" Jelas Mora yang sudah ingin menangis tapi masih ia tahan.
Rasya tiba-tiba berhenti, membuat Mora ikutan berhenti. Ia menatap kakak ketua osis-nya yang baru saja menginjak kelas duabelas.
Rasya menatap kedua bola mata Mora yang sudah tergenang air, sangat terlihat jelas di wajah Mora kalau ia benar-benar menahan tangisannya.
"Nangis aja, Dek. Gue tau kok, lo lagi nahan nangis kan?" Tembak Rasya kepada Mora.
Mora hanya menggeleng pelan.
"Nama lo siapa?"
"Mo-mor-Mora, Kak."
Rasya tersenyum. Sempat membuat Mora tertegun melihat senyuman Rasya. "Nama gue, Rasya."