21

401 25 2
                                    

Mora cantik juga ya. Apalagi kalo dari deket kaya gini.

Farrel memperhatikan Mora yang kini sedang mengobati luka di kening bagian kiri-nya. Cowok berlesung pipi itu bisa melihat bagaimana lekuk wajah Mora yang ternyata begitu indah di mata-nya.

Mora melirik sekilas Farrel lalu kembali menatap luka itu. "Sekarang gantian deh, gue yang ngobatin lo."

Farrel langsung tersadar dari pikirannya dan menatap bingung Mora. "Maksudnya?"

"Iya, kalo kemaren lo yang ngobatin luka gue, sekarang gantian gue yang ngobatin luka lo." Mora tersenyum sambil menatap cowok ganteng ini.

Deg.

Terlihat begitu jelas warna bola mata Mora yang sekarang bisa membuat Farrel mematung. Mata hazel Mora yang indah dan mata hitam tajam Farrel terkunci satu sama lain sekarang.

Mora yang sekarang benar-benar menatap mata Farrel begitu dekat.

Keduanya sama-sama terdiam dan menikmati apa yang mereka sedang lihat sekarang. Tatapan tajam Farrel berubah menjadi hangat dan sendu saat menatap Mora. Sekarang, giliran Mora yang mematung ditatap lekat seperti itu.

Tanpa disadari, tangan kanan Farrel bergerak menuju rambut halus Mora dan menyelipkan ke belakang telinga gadis yang sekarang hanya terdiam tak berkutik.

Cantik.

Mora menelan saliva-nya dengan susah payah. Tenggorokannya terasa begitu kering. Mungkin, ini efek dari perlakuan Farrel barusan.

Mata hitam Farrel masih terus menatap Mora tanpa teralihkan. Sementara Mora yang terus ditatap seperti ini jadi deg-degan sendiri.

•••

"Eh! Itu Farrel kan?" Danu bertanya kepada Farhan dan Gevan disamping-nya untuk memastikan kalau yang ada di dalam UKS itu adalah teman mereka.

"Mana?" Gevan yang dari tadi memainkan ponsel-nya, kini beralih dan mengintip lewat jendela UKS.

"Itu tuh!" Tunjuk Danu.

"Anjir, iya!" Seru Gevan saat melihat jelas wajah Farrel.

"Eh?! siapa tuh? Kok ada cewek?" Danu bertanya kembali.

"Itu Mora!!" Sahut Gevan yang kedua mata-nya langsung membulat saat melihat wajah perempuan itu.

Farhan yang mendengar Gevan berteriak langsung membekap mulut sahabat-nya itu dengan tangan kanan-nya. "Sshh!! Jangan teriak, pe'a!"

Dengan kasar, Gevan melepaskan tangan Farhan dari bibir-nya itu lalu berdecak kesal sambil melihat sinis temannya itu. "Hih! Asin banget tangan lo! Jijik gue."

"Bodo." Desis Farhan tanpa melirik Gevan.

"Eh! Si Farrel barusan megang rambut Mora! Di selipin ke telinga gitu! Kaya di sinetron-sinetron!" Sahut Danu dengan berbisik kepada kedua teman-nya itu.

Gevan memelas sambil menatap Danu disebelah kanan-nya, "serius?!"

Danu mengangguk tanpa melihat Gevan sedikit pun.

"Yaelah! Gara-gara lo nih, Han! Gue jadi gak liat kan?!" Sesal Gevan lalu menoyor kepala Farhan.

Farhan membalas toyoran itu. "Kalo lo gak teriak-teriak, gue juga gak akan tuh nutup mulut lo!"

Famora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang