34

239 17 0
                                    

Sesampainya di sekolah hari ini Mora berjalan secepat mungkin menuju kelasnya. Baru saja turun dari mobilnya, gadis mungil ini sudah berjalan cepat layaknya sedang dikejar seseorang.

Sapaan - sapaan dari beberapa temannya hanya dibalas senyuman oleh Mora.

Terlihat dari jauh Sasa sedang berdiri di ambang pintu kelas mereka sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Memperhatikan orang-orang disekelilingnya.

"MORA!!!!"

Teriakan Sasa membuat gadis lucu yang mungil itu memejamkan mata. Kenapa sahabatnya itu harus berteriak?

"Sorry, kemaren gue balik duluan. Biasa, Kak Bayu main tarik-tarik gue aja." Terang Sasa menjelaskan saat Mora sudah berada dekat dengan dirinya.

Tapi Mora tidak menggubris ucapan sahabat-nya itu. Dia hanya melirik sekilas Sasa dan melanjutkan perjalanannya menuju bangku yang biasa ia duduki.

Ia langsung menidurkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya sebagai alas kepala.

"Mor! Lo marah ya sama gue?" Tanya Sasa pada Mora. Melihat sahabat-nya itu melewati dirinya seakan Sasa tidak ada.

"Gue kan udah minta maaf.." suara Sasa memelas.

Terdengar helaan nafas Mora. Gadis itu terlihat sangat lemas dan tidak bersemangat hari ini.

"Udah, gak usah dipikirin. Bang Rasya tadi malem mabuk jadi semua yang dia omongin itu ngasal!" Terang Sasa yang sangat hafal dengan sifat sahabatnya ini.

Mora termasuk orang yang selalu seperti ini jika sedang bertengkar dengan seseorang. Apalagi dengan orang terdekatnya.

"Bohong."

"Kak Bayu yang bilang ke gue tadi malem."

Mora diam tidak menjawab. Gadis itu tetap dengan posisinya. Tidak ada gerakan apapun.

"Udah deh!" Bentak Sasa tidak suka melihat sahabat-nya seperti ini terus. Ia ingin Mora cerita seperti biasanya.

"Gak usah dipikirin!!"

Mora mendongak. "Gak bisa, Sasaa!!" Rengek Mora seperti anak kecil.

"WOY LO BERDUA BISA DIEM GAK?!" Teriak Raihan dari sudut belakang kelas.

Mora dan Sasa sontak menoleh lalu tersenyum tidak enak kepada teman kelasnya itu.

•••

Di pagi hari ini pelajaran pertama di kelas X IPA 4 yaitu olahraga. Dengan di bimbing oleh Pak Agus mereka akan melaksanakan tes bermain basket untuk memenuhi nilai mereka.

Satu persatu nama anak-anak dikelas itu dipanggil. Mereka berjalan ke tengah lapangan dan melakukan perintah dari Pak Agus.

Sementara ke ketiga cowok tampan yang terkenal ini mereka sedang bercengkrama sambil sesekali tertawa di pinggir lapangan.

"Nu, lo gak masuk kelas?" Tanya Farrel sambil menggulung lengan kaos olahraganya keatas.

Danu memang beda kelas dengan Farrel dan Farhan. Ia menempati kelas XI IPA 3 bersama dengan Gevan yang tidak masuk hari ini.

Danu menggeleng. "Ah ngapain? Guru Kimia gue garing abis! Gak ngerti apa-apa gue."

"Itu sih lo nya aja yang bodoh!" Ejek cowok dengan jam tangan biru itu.

Famora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang