13

351 21 1
                                    

"Gue bakal ke Bali selama tiga hari."

Entah sejak kapan, Mora, Sasa, Farrel, Farhan, Danu, Gevan dan kelima teman-teman Rasya berkumpul di pinggir lapangan. Mereka seketika terdiam saat mendengar bahwa Rasya akan pergi ke Bali.

"Lo jadi mau masuk ke sekolah penerbangan?" Tanya Fikran sambil menopang lengan kanan-nya menggunakan lutut kaki kanannya.

Rasya memberhentikan tatapan-nya pada Fikran dan mengangguk.

"Kenapa gak nanti aja sih, Ras? Pas udah lulus," celetuk Bayu.

"Iya, entaran aja kali, santai, masih ada waktu." Timpal Aldi mendukung perkataan Bayu.

Rasya menatap bergantian kedua teman-nya itu. "Gak bisa, mereka buka pendaftarannya sekarang. Dan kalo gue daftar nya nanti, yang ada gue gak akan keterima."

"Abang disini aja.." rengek Mora.

Rasya tersenyum, "cuma tiga hari," , ucap Rasya sambil mengelus rambut panjang Mora lembut.

"Sukses ya, Ras! Gue yakin lo pasti keterima!" Sahut Farhan menepuk pundak Rasya pelan.

"Thanks, Han."

Giliran Farrel yang menepuk pundak Rasya, "kurang-kurangin nge-rokok! Walaupun mereka bisa ngejamin lo bakal masuk, tapi tetep aja, setau gue kalo mau jadi pilot, gak boleh ngerokok!"

Rasya terkekeh pelan. "Siap, bro!"

Mora masih terlihat kesal akan Rasya yang harus pergi ke Bali untuk mengurusi kelanjutan sekolah-nya setelah lulus SMA nanti.

"Bang, nanti kalo orang yang ngirim sms tadi pagi jadi nyulik Mora gimana?"

"Hah? Nyulik? Siapa yang mau nyulik lo?" Ujar Sasa panik.

"Itu iseng doang kali, drama banget lo, bocah!" Sahut Farhan membuat Mora menginjak kaki Farhan yang duduk di depan dirinya.

"Iya, lagian mana ada orang mau nyulik cewek pecicilan kaya lo? Yang ada mereka gak akan kuat ngurung lo yang pastinya bakal teriak, minta makan, ah! Ribet pokonya!" Sahut Farrel dengan nada meledek.

"Gue serius! Kalo itu beneran gimana coba?" Dengus Mora menatap kesal Farrel dan Farhan.

•••

"Lo mau apa sih?"

....

"Iya! Dia mau ke Bali, kayanya hari ini deh."

....

"Oke, pulang sekolah kita ketemu di bandara."

•••

Siap-siap ngerasain gimana rasa sakitnya org yg selama ini lo sayang, MATI.

"Kata gue, ini beneran Roy." 

"Iya, pasti si setan itu. Setelah denger cerita dari lo tentang malem itu, bisa diliat kalo itu beneran Roy."

Rasya berdecak dan mengacak rambutnya frustasi. Dia bingung, apa yang akan ia rasakan? Apa penderitaan yang harus dihadapi dirinya?

Famora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang