19

352 21 2
                                    

"Senyuman gue manis banget ya? Sampe bisa bikin lo diem terus bengong gitu?" Masih dengan kedua tangan memegang kedua pundak Farrel, Mora berucap dengan senyuman yang terus ia tunjukkan.

Iya, manis banget.

Farrel menatap datar Mora, menutupi keterkagumannya akan senyuman manis gadis cantik di depan-nya ini. Tapi, ia sendiri juga bingung. Mora cepat sekali berubah sikap-nya. Tadi kesal sekarang bisa dengan cepat bersikap manis seperti ini.

"Ah! Diem mulu, yaudah gue keluar aja deh. Dadah!" Mora pun menarik kembali tangan-nya yang tadi berada di pundak cowok tinggi itu lalu keluar dari ruangan UKS.

Entah kenapa, Farrel jadi tersenyum sambil menatap pintu UKS yang baru saja menutup.

Belum sampai lima menit, suara berisik dari luar terdengar. Suara kaca pecah dan suara teriakan-teriakan bercampur menjadi satu.

Suara lain pun terdengar. Kali ini suara langkah kaki seseorang. Tidak! Bukan seseorang, tapi sekelompok orang. Sampai lantai yang dipijaki oleh Farrel bergetar.

Farrel pun keluar dari ruangan UKS untuk mengecek apa yang terjadi. Mata-nya membulat, tangan-nya mengepal dan nafas-nya memburu seketika.

Sekelompok siswa Domer berlarian di koridor SMA Terna Mayata dengan membawa alat-alat seperti kayu panjang, pisau, batu-batuan dan alat tajam lain.

Farrel berlari cepat saat melihat Farhan yang hampir saja dipukul dengan kayu panjang oleh salah satu anak Domer.

Kini, SMA Terna Mayata menjadi tempat perkelahian antara anak-anak SMA Domer dan anak-anak SMA itu sendiri.

Beberapa siswa yang diantaranya adalah teman se-geng Rasya juga Farrel melawan anak Domer dengan tangan kosong. Beberapa dari mereka sudah ada yang mendapatkan luka lebam di wajah-nya

Sementara siswa-siswi lainnya masih berdiam di dalam kelas masing-masing dan dilarang keluar oleh guru yang sedang membimbing mereka. Suasana ini cukup membuat para murid ketakutan, terutama murid perempuan.

Berbeda dengan Sasa yang sekarang rasa takut dan khawatir menyelimuti diri-nya. Khawatir akan sahabat-nya yaitu Mora yang tadi terpaksa keluar kelas akibat dihukum Bu Karin.

Sasa mencoba menghubungi ponsel Mora, tapi tidak aktif. Dia juga berusaha untuk kabur dari kelas tapi Bu Karin terus menahan diri-nya agar tidak keluar.

Arna, Caca dan Tasya berusaha untuk menenangkan teman-nya ini. Mereka juga berkali-kali menghubungi Mora, tapi hasilnya sama. Tidak aktif.

"Mora gimana ya? Dia sekarang dimana..." lirih Sasa yang sekarang sudah menangis.

Arna, Caca dan Tasya sama khawatirnya dengan Sasa. Ketiga cewek ini memang tidak terlalu dekat dengan Mora, tapi mereka juga merasa sangat khawatir akan nasib teman mereka ini.

•••

Mora berlari menyusuri koridor sambil berusaha menghindari pukulan cowok-cowok dan lemparan batu. Mora begitu ketakutan apalagi ini pertama kali-nya ia berlari melewati orang yang saling pukul memukul.

Gadis berambut coklat panjang ini tidak tahu harus berlari kemana. Ia panik sampai tidak berfikir untuk menuju kelas-nya. Kelas-kelas yang ia lewati semua nya terkunci dari dalam. Berbagai cara sudah ia lakukan. Mulai dari berteriak kalau yang sedang mengetuk-ngetuk pintu itu adalah Mora, murid SMA Terna Mayata, tapi tidak ada satupun orang yang membukakan pintu untuk dirinya.

Mereka semua yang ada di dalam kelas sama takut-nya dengan Mora. Tidak ada yang mau membukakan pintu karena takut kena lemparan batu yang terus menerus memecahkan masing-masing jendela kelas di sekolah ini.

Mora terus berlari sampai ia bertemu dengan Roy yang berdiri beberapa meter dari dirinya. Mata-nya membulat dan tubuh-nya menegang. Mereka berdua saling bertatap mata.

Roy tersenyum miring dan mulai berjalan santai menuju Mora yang perlahan-lahan mundur. Gadis berkulit sawo matang ini mulai berlari dengan cepat.

Sangat cepat sampai beberapa kali terkena orang-orang yang sedang berkelahi. Roy dan kedua teman-nya pun berlari karena Mora semakin cepat menghindari mereka.

Rambut panjang Mora mengayun-ngayun kesana kemari seiring dengan langkah kaki-nya yang semakin cepat. Sesekali gadis cantik ini menoleh ke belakang untuk melihat jarak antara dirinya dan Roy. Dan kali ini, rasanya ia ingin menangis akibat rasa panik yang semakin kuat.

Roy yang merasa semakin dekat dengan gadis yang ia incar langsung melemparkan batu bata di tangan kanan-nya agar gadis itu kesakitan dan akhirnya berhenti berlari.

Pas saat Mora menoleh ia melihat lemparan batu bata yang akan mengenai kening-nya, Mora langsung terdiam ditempat dan menutup wajah-nya. Ia seakan sudah siap dan menguatkan diri jika batu bata itu mengenai salah satu bagian tubuh-nya.

Tapi, tiba-tiba Mora merasakan ada sesuatu seperti tangan menempel pada kepala-nya dan satu tangan kekar memeluk tubuh ramping-nya. Mora yang masih ketakutan hanya bisa diam dengan posisi menutupi wajah-nya dan membiarkan tangan kekar itu merangkul tubuh-nya.

'Duggg!' Lemparan batu bata itu meleset dan mengenai kening bagian kiri seorang cowok.

Batu bata itu jatuh tepat disamping kaki kanan Mora. Gadis itu pun mulai menggerakkan kedua tangannya dan membuka mata. Ia mendongak dan mendapati wajah Farrel yang sudah terdapat luka di kening kiri-nya itu.

Farrel?

Mora terdiam dan masih menatap wajah Farrel yang kini menatap mata hazel-nya. Tapi seketika Mora terkejut akan Farrel yang sekarang membawa-nya berjalan menyusuri koridor sambil terus memegangi kepala Mora yang ia tempelkan di dada bidang-nya.

Seakan melindungi kepala Mora dari lemparan baru dan memeluk Mora tapi dari samping kiri. Gadis cantik itu hanya bisa diam mengikuti kemana Farrel akan membawa dirinya. Beberapa kali, Mora memejamkan mata-nya saat mendengar rintihan dari beberapa cowok yang sedang berkelahi itu.

"SIAL!!" Teriak Roy sambil menendang tembok yang ada di samping-nya. Tangan-nya mengepal dan menatap tajam kepergian orang yang ia incar itu.

"Kejar mereka!" Suruh Roy kepada dua teman-nya itu agar kembali mengejar Mora dan membawa-nya.

Tanpa aba-aba, kedua teman Roy langsung mengejar Mora dan Farrel.

•••

Farrel menoleh sekilas ke belakang dan mendapati dua anak Domer yang ternyata teman Roy itu mengejar mereka.

Shit! Batin Farrel yang sekarang bingung harus bersembunyi dimana.

"Lo masih bisa lari kan?" Tanya Farrel kepada Mora yang masih ia lindungi kepala-nya.

Mora menjawab dengan anggukkan. Berhubung mereka telah melewati koridor yang menjadi tempat perkelahian itu, sekarang Farrel berganti menarik tangan Mora untuk mencari tempat bersembunyi.

Mora mengikuti saja kemana dia akan dibawa.

"WOY!" Teriakan suara cowok membuat Mora menoleh di tengah-tengah berlari-nya. Mata-nya membulat saat tahu bahwa kedua teman Roy mengejar mereka berdua.

Farrel melihat ke sekeliling-nya, mencoba mencari satu tempat untuk mereka bersembunyi. Ia menoleh dan melihat kalau dua cowok itu semakin dekat dengan mereka.

Detak jantung Farrel yang tadi berdetak cepat, seakan mulai normal kembali saat menemukan ruangan untuk tempat mereka bersembunyi. Dengan cepat Farrel menarik tangan Mora menuju gudang yang pintu-nya terbuka.

Famora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang