"LO DIAPAIN?!"
Mora menggeleng. Ia tidak tahu kenapa luka ini muncul, mungkin karena benda tajam yang laki-laki itu gunakan saat Mora mencoba memberontak.
Mata Mora mulai perih. Rasa sakit ditangannya itu membuat dirinya ingin menangis sekarang.
Farrel melihat Mora tak tega. Ia pun mengambil kaos tipis yang selalu ia bawa ke sekolah dan dililitkan ke lengan dimana darah Mora mengalir.
•••
Kejadian tadi malam, masih terngiang-ngiang di pikiran Farrel. Membuat dirinya terkena beberapa kali teguran dari Pak Budi, guru fisika tergalak di SMA Terna Mayata karena melamun terus.
Wajah Farrel masih dihiasi lebam-lebam berwarna biru akibat pukulan tiga lelaki tadi malam. Tapi, ketampanannya tak hilang dari wajah cowok ini.
"Rel! Lo abis berantem, ya?"
Farrel mengangguk.
"Sama siapa?"
Farrel tak menjawab.
"Gue doain bisu beneran lo, tai!" Farhan gemas dengan sahabat-nya yang dari tadi pagi diam membisu seperti sekarang ini. Farrel hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala-nya.
Farrel masih terus melamun memikirkan siapa orang-orang yang tadi malam itu?
Raut wajah Mora yang menurutnya terlihat begitu sakit akibat tangan-nya yang berdarah tadi malam terbayang memasuki pikiran Farrel. Lamunan-lamunan itu berganti dengan bayangan wajah Mora yang terlihat begitu takut juga menahan rasa sakit yang ia rasakan malam itu.
Farrel tiba-tiba saja lari keluar kelas tanpa meminta izin dari Pak Budi yang sudah menggelengkan kepala-nya pasrah dengan anak didik-nya satu ini.
Langkah kaki-nya ia lambatkan saat sampai di depan kelas X-IPA 2, yaitu kelas Mora, gadis yang bersamanya tadi malam.
Mata-nya yang tajam menelusuri kelas X-IPA 2 yang tadi ramai akibat tidak ada guru, tiba-tiba menjadi hening saat dirinya masuk ke dalam untuk mencari keberadaan gadis itu.
"Mora dimana?" Tanya Farrel saat dirinya melihat Sasa yang duduk di kursi dengan tas Mora di sebelah tangan kanan-nya.
"Ta-tadi keluar," Sasa jadi tergagap akibat tatapan Farrel juga suara dingin-nya, tapi ia juga bingung sendiri melihat cowok dengan penampilan bad boy yang biasanya bertengkar dengan Mora, malah mencari sahabat-nya yang biasa menjadi lawan bicara lelaki itu.
Farrel kembali keluar kelas dan berlari mencari gadis pecicilan itu. Tidak tau kenapa 'lagi', dirinya jadi mencari-mencari gadis ini. Sesudah tadi malam ia menggenggam tangan Mora, dan merasa sangat marah saat salah satu dari lelaki itu mencoba untuk merebut Mora dari dirinya, ia mencari gadis ini.
Sampai akhirnya, mata elang-nya itu berhenti tepat pada gadis yang ia cari-cari. Tapi, tatapan nyalang-nya tadi berubah menjadi semakin tajam saat ia melihat Mora sedang menunduk dengan tiga cewek di depannya yang sedang mencaci maki juga sesekali menjambak dan memukul Mora di ujung koridor dekat gudang sekolah.
"Gue benci sama lo!" Teriak Indi sambil menjambak gemas rambut Mora.
Mora berusaha menahan rasa sakit di kepala-nya akibat jambakan Indi barusan. Mora kesal dengan perlakuan Indi pada dirinya.