16

393 19 0
                                    

"Makasih, Rel, udah bantu gue."

Tawa Mora berganti dengan senyuman manis yang terbentuk di bibir mungil-nya.

Cantik.

Farrel menghela nafas lega lalu kembali duduk di kursi depan Mora. "Gue kira lo beneran mau makan gue."

Farrel mengangguk lalu tersenyum tipis. Tapi tiba-tiba mata-nya memicing menatap Mora. "Senyuman lo sekarang ikhlas gak, nih?"

Gadis kucu itu terkekeh membuat pipi-nya jadi terlihat chubby. "Mulai dari sekarang, senyuman gue bakal ikhlas kok buat lo!"

Farrel hanya menganggukkan kepala walau dalam hati-nya ia merasa senang akan jawaban Mora.

"Eh! Lo ngapain sih pake bantu gue? Gue bisa kok ngelawan Indi. Walaupun penampilan gue feminim kaya gini, gue jago nyubit orang, jadi, gue bisa ngelindungin diri sendiri." Terang Mora yang akhirnya menyatakan kekesalannya kepada Farrel.

"Gue gak suka aja liat lo digituin sama orang." Jawab Farrel dengan santai. Tapi, seketika tangan yang tadi bergerak mengobati luka Mora, jadi berhenti.

Goblok, kok mulut gue ngomong gitu?!

Mendengar jawaban Farrel, Mora sempat terkejut. Tapi segera ia alihkan pembicaraan mereka.

"Muka lo banyak lebam, Rel," ucap Mora yang baru sadar akan adanya warna biru di beberapa bagian wajah Farrel.

"Gue tau." Jawab Farrel kembali mengobati luka Mora.

"Gak di obatin?" Mora kembali bertanya sambil melirik sekilas ke mata Farrel.

Farrel mendongak melihat Mora, lalu kembali melihat luka di tangan cewek cantik di depannya ini.

"Nggak. Justru, lebam-lebam kaya gini tuh bertanda kalo gue adalah cowok ganteng yang jago berantem, tapi jago juga ngelindungin cewek," jeda Farrel sambil memberi kapas putih lalu meneteskan beberapa tetes obat Betadine dan kembali mengobati luka Mora.

"Kaya gue ngelindungin lo,"

"Ngelindungin lo dari cowok-cowok goblok tadi malem."

Mora langsung terdiam mendengar perkataan Farrel barusan. Jantungnya berdebar lebih cepat, tenggorokannya begitu terasa kering, nafasnya tercekat seketika.

Batin Mora berteriak. Rasanya begitu ingin melompat-lompat.

Farrel terkekeh dalam hati. Ia menyadari gerak tubuh Mora yang tiba-tiba mematung saat dirinya mengatakan perkataan tadi. Ia malah jadi senang jika Mora berubah sikap seperti sekarang ini akibat perkataannya.

Tanpa mereka berdua sadari, Indi mengintip dan mendengar percakapan mereka berdua dengan tangan mengepal juga tatapan mata nyalang. Indi benci dengan pemandangan yang ia lihat sekarang. Rasanya ingin sekali ia menyiksa Mora dengan kedua tangan-nya itu.

"Telfon Roy, sekarang." Suruh Indi kepada salah satu temannya tanpa mengalihkan kedua mata-nya kepada Mora dan Farrel yang ada didalam UKS.

•••

Sasa menceritakan bagaimana kejadian saat Farrel mencari dirinya. Kata Sasa, Farrel begitu menyeramkan dengan mata elang-nya juga suara dingin yang ia keluarkan. Begitu hebatnya Farrel, keadaan kelas X-IPA 2 yang ricuh dibuatnya menjadi hening dengan kedatangan dirinya.

Famora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang