"Hai, Rel!! Gue pulang bareng lo ya?"
Farrel menatap malas seorang cewek yang sedang duduk santai diatas motor ninja warna hitam-nya.
"Gue mau balik, minggir lo." Farrel mulai mengambil helm dan memakainya. Tapi, cewek itu masih saja tidak mau bergerak.
"Gue pulang bareng lo dong, please.." pinta cewek itu lagi.
Farrel berdecak pelan. Ia benci dengan cewek yang ada di depannya ini.
Indira Yolanda. Gadis yang selalu mengejar-ngejar Farrel dari SMP. Cewek nakal, hobi ke club malam, sok suci, sok cantik, dan selalu memakai seragam ketat. Mana ada cowok yang mau sama dia?
"Minta anter sono sama Pak Jaya!" Balas Farrel sambil menunjuk salah satu satpam yang bernama Pak Jaya.
Indi mengerucutkan bibirnya. "Pengen sama lo, Farrel!!!" Suara melengking Indi membuat siapa saja yang mendengarnya bisa pusing seketika, dan sekarang sedang dirasakan oleh Farrel.
"Lo kan bi--"
"Farrel! Anterin dong Indi! Kasian kan kalo harus pulang jalan kaki? Lagian susah jalan tuh! Rok-nya aja udah kaya rok kebaya selutut, HAHAHHAHAHA!!" Seru Mora yang entah sejak kapan berada tidak jauh dari mereka berdua.
"Diem lo!" Teriak Indi kepada Mora yang sedang barusan meledek-nya.
Farrel sontak menoleh dan melihat Mora sedang berdiri tak jauh dari dirinya sambil tertawa.
"Anterin tuh, cewek cabe lo! Keburu diambil sama penjual cabe di pasar! DADAHHH!!" Teriak Mora yang langsung berlari sambil tertawa keras.
"MORA!!! AWAS LO!!!!!" Indi tidak terima sudah menjadi bahan ledekan. Ia pun berlari mengejar Mora dan rasanya ingin menjambak rambut-nya sekarang juga!
"Akhirnya.." Farrel menghela nafas senang lalu menaiki motornya.
•••
Siap-siap dapetin penderitaan lo mulai dari sekarang
"Arghhh!!!!" Rasya frustasi. Sejak pertemuannya dengan Roy kemarin, setiap jam lima sore selalu ada pesan masuk yang sama.
Apa maksud Roy mengirim pesan yang isinya selalu sama? Apa yang akan dia lakukan? Apa penderitaan yang bakal Rasya dapatkan?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu muncul dikepala Rasya. Membuat pening dikepala Rasya semakin menjadi-jadi.
Rasya bingung harus berbuat apa. Sebegitu benci-nya Roy kepada dirinya semenjak Nandita meninggal. Ia bingung bagaimana menjelaskan kepada Roy kalau Nandita meninggal bukan karena dibunuh olehnya, melainkan karena peristiwa tabrakan.
Roy dari dulu memang sudah kecanduan narkoba. Rasya sempat berfikir apakah ini efek dari narkoba yang ia gunakan? Sehingga selalu berpikir bahwa dia yang membunuh adiknya?
Malam ini, Rasya terpaksa menghilangkan emosi-nya saat melihat pesan yang masuk itu. Ia harus memikirkan tentang kepergiannya selama tiga hari ke Bali untuk mengurus perkuliahannya. Rasya akan masuk sekolah pilot, sehingga ia akan mengurusi-nya mulai dari sekarang.