[1] 13. He's changes

1K 42 12
                                    


Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca part ini.
Happy reading.

Sorry for typos.

•••

Anin menggerakan kepalanya, mencari posisi nyaman di dada bidang Rafa. Akhir-akhir ini sikap Rafa berubah. Sangat berubah, mungkin bisa dibilang berubah drastis.

"Kamu kenapa hm?"

"Aku gak nyaman aja posisinya." Anin mengerucutkan bibirnya. Membuat Rafa gemas sendiri. Entah lah, Rafa juga merasakan sikapnya sangat berbeda dari saat pertama bersama Anin. Kali ini, setiap Rafa berdekatan dengan Anin selalu ada debaran berlebihan pada jantungnya.

Rafa yang mengerti posisi Anin tidak nyaman, langsung menegakkan badannya. Lalu menarik tubuh Anin agar lebih dekat, mendekapnya dan mengelus rambut perempuan itu dengan penuh kasih sayang.

Baik lah, Rafa akui Rafa sudah memiliki sedikit rasa pada Anin. Ingat, hanya sedikit. Mungkin bukan hanya, tetapi masih.

"Udah nyaman, Nin?"

Dalam dekapan Rafa, Anin tersenyum. Hatinya menghangat. Jadi ini rasanya dicintai seorang lelaki. "Udah, Om." kali ini Rafa berdecak mendengar sebutan Anin untuk nya, Om.

"Nin, bisa gak kamu panggil aku apa gitu? Rafa aja misalnya? Jangan om, aku kan suami kamu bukan om kamu." Rafa merajuk, ia mengerucutkan bibirnya sebal. Hal itu membuat Anin tertawa namun tak urung pipi Anin bersemu. Anin menjauhkan tubuhnya dari dekapan Rafa, lalu mengelus perut nya yang sudah membuncit.

"Dek, Papi kamu ngambek nih," Anin seperti berbicara dengan bayi yang ada di perutnya yang sedikit terlihat membuncit.

"Dek, masa Papi dipanggil Om sama Mami." Rafa laporan kepada si jabang bayi, saat ini Rafa terlihat lebih childish dari pada Anin. Bahkan Anin terlihat dewasa.

Rafa mengganti-ganti saluran di televisi, menurutnya saluran yang sedang ia tonton sangat membosankan. Entah lah, Anin merasa Rafa menjadi sangat moodyan sekarang. Atau itu hanya perasaan Anin saja?

"Nin?"

"Apa Om, eh, Raf?"

"Makan yuk, aku lapar nih." ucap Rafa sambil mengelus perutnya. Anin terkekeh geli.

Anin berdiri, "Ayo Raf. Di cafe yang waktu itu ya?"

"Okey, sana ganti." Rafa mendorong pelan Anin agar masuk ke kamar.

Anin memakai dress berwarna hijau mint yang dipadukan blazer putih, sejak hamil Anin memang jarang menggunakan jeans ketat karena menghalagi pergerakannya. Anin ingin lebih leluasa bergerak. Rafa memperhatikkan Anin, Anin yang diperhatikan seperti itu menjadi salah tingkah.

"Apaan sih, Raf? Liatin nya gitu amat." Anin mengerucutkan bibirnya sebal, sedangkan Rafa hanya terkekeh sambil mengacak rambut Anin pelan.

"You're beautiful, dear." For the first time.

The first time.

The first.

He said i'm beautiful! Batin Anin berteriak.

Pipi Anin bersemu merah, ia salah tingkah, tentu. Anin menabok lengan Rafa pelan, "Ayo ah Raf, gombal mulu!" Rafa hanya terkekeh pelan, dan langsung merangkul pinggang Anin.

Dalam mobil, Rafa terus menggerutu karena di saluran radio tidak ada lagu yang pas dengan moodnya. Rafa jadi sangat moodyan sejak Anin hamil. Entah lah, padahal Anin sendiri biasa saja.

RafninditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang