[1] Epilog

1.3K 41 8
                                    


Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca part ini.
Happy reading.

Sorry for typos.

•••

Anin mengerjapkan matanya, ia menatap segala yang ada di sekelilingnya. Bau obat-obatan, punggung tangan kanan yang tertancap infusan. Jelas ia sedang dirawat di rumah sakit.

Di hidungnya, terpasang selang untuk membantunya bernafas. Ia mencabutnya, untuk apa ini?

Suara decitan pintu mengalihkan perhatiannya, ia menatap seseorang yang baru saja masuk. Bunda? Bukannya Bunda sudah meninggal?

"Alhamdulillah Anin sayang! Kamu udah sadar nak?! Bunda seneng!"

Sadar? Apa apaan ini?

Bundanya langsung mendekati Anin, memencet tombol merah untuk memanggil dokter, dan langsung memeluk Anin dengan erat.

"Aww!" Anin mengaduh, jelas ia kesakitan.

Selang beberapa menit, dokter bersama beberapa suster masuk ke dalam ruangan. Bunda disuruh untuk keluar.

"Ayah! Anin sadar yah!" teriak Bunda, membuat beberapa orang yang ada di ruang tunggu langsung menatapnya dengan tatapan penuh kelegaan. Ayah, Rafa, Aldifan, Mami, Papi, Kak Dara yang sedang menggendong Ella dan Nino juga.

"Alhamdulillah," ucap semuanya serentak. Mami memeluk Bunda, mengucapkan alhamdulillah sembari mengusap punggung Bunda.

Bunda sampai menangis haru. Setelah lima belas menit, akhirnya dokter dan suster nya keluar.

"Kalian boleh masuk, tetapi jangan terlalu banyak. Dia harus menyesuaikan diri. Dan selamat, Anin berhasil bangun dari komanya. Saya pamit dulu," ucapnya.

Yang duluan masuk adalah Bunda dan Ayah. Diikuti Rafa. Dia tak sabar untuk menemui istrinya.

"Anin sayang, Bunda kangen." Bunda kembali menangis, membuat Anin bingung.

"Bentar deh Bun, bukannya Bunda sama Ayah udah meninggal?" tanya Anin polos. Ayah dan Rafa langsung melotot. Bunda langsung menjitak kepalanya reflek.

"Astagfirullah Nin, kamu mendo'akan kami meninggal hah? Baru bangun aja udah gini." Ayahnya menggelengkan kepalanya.

"Rafa? Kok ada di sini? Bukannya kamu lagi ke pemakaman Abel?"

"Hah?"

"Abel siapa Nin?"

"Ih ini pada kenapa sih? Abel kan baru meninggal, abis ngelahirin anak kamu!" Anin bingung, ia merengek tidak jelas.

"Abel siapa Nin? Ngelahirin anak aku apa? Jelas jelas kamu yang baru ngelahirin, terus koma selama lima bulan."

Orang tua Anin semakin bingung, mereka sudah tua dan tidak mau ambil pusing. Mereka bersyukur karena Anin sudah bangun dari komanya.

"Ya sudah, kalian urus dulu berdua, Bunda sama Ayah mau keluar dulu."

"Iya yah," ucap Rafa. Ia menarik sebuah kursi, lalu duduk di samping Anin. Tangannya mengenggam tangan mungil Anin, sembari sesekali mengelusnya.

"Jelasin Raf." ucap Anin, menuntut. Kepalanya masih pusing, tetapi ia sangat penasaran.

"Jadi gini Nin, kamu sehabis ngelahirin Ella langsung koma, aku kaget, semuanya kaget. Kamu koma lama banget, dan alhamdulillah sekarang bangun. Aku kangen banget sama kamu."

"Loh terus Abel mantan kamu yang meninggal gimana dong?" tanyanya lagi, seolah tidak puas dengan penjelasan Rafa.

"Abel siapa sih sayang?" tanya Rafa gemas.

RafninditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang