Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca part ini.
Happy reading.Sorry for typos.
•••
Seperti biasa, aku mengakhiri penanda-tanganan dokumen yang menumpuk ini dengan meregangkan ototku.
Rasanya pegal, apalagi tugasku hanya duduk, menandatangani dokumen penting, dan sesekali meeting bersama klien.
Setelah menumpuk dokumen menjadi rapi, aku mengambil jas yang aku gantung di belakang pintu ruangan untuk aku beristirahat.
Aku keluar ruang kantorku, menuju lift. Setelah berada di lantai dasar, aku langsung keluar kantor. Berjalan menuju parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil.
Aku keluar dari kawasan perusahaanku, menancap gas secepat yang aku bisa. Aku tidak sabar untuk menemui istri dan anakku. Ya, Anin dan Ella.
Karena mengebut, tak sampai dua puluh menit aku sudah memakirkan mobilku di rumah. Setelah sebelumnya aku membeli makanan siap saji untuk mereka.
Aku mendorong pintu utama, lantai satu sepi. Sepertinya Anin dan Ella sedang berada di kamar. Anin mageran kan? Dan sifatnya itu turun kepada Ella.
Aku membuka jas dan kemeja lalu melemparkannya ke mesin cuci. Aku menyimpan bungkus makanan di meja makan. Lalu berlari dengan shirtless menaiki tangga.
Aku buka pintu kamarku, dan terlihatlah Anin sedang menyusui Ella sambil menonton televisi. Membuatku pengen saja.
"Mami," aku akan bermanja-manja dengannya. Siapa tau dia luluh dan aku diberi jatah kan?
"Raf jangan berisik, Ella dikit lagi tidur." tegurnya. Yah, belum apa-apa sudah ditegur duluan. Nasib.
Aku mendekati mereka, lalu duduk di sebelah Anin. Tanganku mengunyel-unyel pipi Ella yang gembul dan kini menjadi kegiatan favoritku.
Kulirik Ella yang mulai terlelap, kukecup pipi gembulnya. Dan langsung dihadiahi tabokkan manis oleh Anin. Aku hanya nyengir tanpa dosa. Dia mendengus kasar.
Karena tidak mau membuat singa betina mengamuk, aku akan membersihkan diri. Aku berdiri, dan melangkahkan kaki menuju toilet.
Tak sampai lima menit, aku keluar dari toilet dengan hanya mengenakan handuk. Berjalan menuju walk in closet, dan hanya memakai celana kain pendek.
Aku kembali mendekat pada Anin, dan memeluknya dari samping.
"Awas Raf, ntar Ella bangun." bisiknya pelan, seperti tak ingin menganggu tidur Ella.
"Sayang, ena-ena yuk!" aku mencoba membujuk Anin. Entah mengapa setelah dia mengurus Ella, dia selalu menolak jika diajak ena-ena. Padahal dosa jika menolak suami. Iya kan?
"Enggak Raf! Mesum kamu gak ilang-ilang!" Anin menabok lenganku. Kali ini cukup keras, tidak seperti biasanya. Sepertinya dia sudah menyiapkan tenaga untuk menabokku.
"Mami cantik, mami muda, mami seksi. Ayok dong, papi gak pernah tahan sering lihat mami nenenin Ella gitu." aku merajuk, sepertinya butuh kekuatan ekstra untuk membujuk Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafnindita
ChickLitWhy the dream feels like real? Highest Rank : #174 in Chicklit, 28th of December 2017 ⚫⚫⚫ Copyright © by Deane Almira