Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca part ini.
Happy reading.Sorry for typos.
•••
Anin.
Aku membuka kedua kelopak mataku, berjalan keluar kamar, lalu mendudukkan diri di sofa berwarna abu-abu.
Rasanya mataku sangat berat, tapi aku tidak terlalu peduli. Aku melirik jam dinding yang terpajang, sudah menunjukkan pukul 01.25. Entah mengapa, tapi aku tiba-tiba terbangun.
Aku penasaran, kenapa aku bisa tertidur di kamar sendiri? Ah jangan lupa dengan fakta bahwa aku tidak bisa tidur sendirian.
Aku melangkahkan kaki ke arah kamar Rafa, suamiku. Geli rasanya memanggil dia dengan sebutan suami.Tapi memang itu kenyataannya kan?
Aku memutar knop pintu, lalu mendorongnya perlahan. Di sana, Rafa masih berkutat dengan laptopnya, sepertinya ada pekerjaan yang belum ia selesaikan.
"Om," panggilku, Rafa menoleh. Menaikkan sebelah alisnya, lalu membetulkan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya.
"Gue gak bisa tidur, Om. Nginep lagi ya?" aku menampilkan deretan gigi putihku. Tak lama ia mengangguk, langsung saja aku berhambur ke atas ranjangnya. Aku bingung, kenapa Rafa sangat irit bicara? Apa mulutnya tidak pegal mingkem terus? Apa dia sariawan? Tapi masa tiap hari sih?
"Nin." Rafa memanggilku, aku membalikkan tubuh, mengarahkan pandangan kepada Rafa.
"Kenapa Om?"
"Hari ini saya ada pekerjaan di Bali yang tidak bisa saya tinggal, saya akan pergi ke Bali selama satu minggu." tuturnya panjang lebar. Aku hanya bisa mengangguk lesu, lagipula apa hakku melarang ia kerja? Toh, ia kerja juga untuk menafkahiku, mungkin.
"Selama saya tidak di sini, kamu bisa menginap di rumah Mami. Saya bisa mengantar kamu sepulang sekolah, kamu keberatan?"
Aku menggeleng, lalu memasang wajah senang seperti mendukung Rafa untuk mengurus pekerjaannya di Bali. Aku baru menyadari bahwa bahasa Rafa kaku, dan baku.
"Jam berapa berangkatnya, Om?"
Rafa tampak berfikir, mengerutkan keningnya, membuat kacamatanya merosot sedikit. Ah seksinya, eh.
"Take off jam lima, kamu pulang sekolah jam tiga bukan? Saya bisa mengantarmu ke rumah Mami."
Aku mengangguk paham, setidaknya ada peningkatan bicara Rafa. Tidak lagi irit bicara, walaupun yang ia bahas tentang pekerjaannya. "Kalau gitu, gue tidur ya Om? Ngantuk, hehe. Om jangan tidur kemaleman, nanti telat. Good night,"
"Too," tuhkan irit lagi!
•••
Saat ini aku sedang memakan salad sayur buatan Rafa. Aku heran, kenapa di kulkas Rafa isinya sayur semua? Apa ia tidak tertarik untuk memakan makanan berat seperti daging?
"Om, udah ya. Gue gak suka sayur," aku mendorong mangkuk yang masih terisi salad tersebut, Rafa menggeleng dan menatapku tajam. Namun aku tak menghiraukannya, aku tak mau memaksakkan, aku memang tidak suka sayur. Bahkan sedari tadi, aku hanya menyendok mayonesnya saja.
"Om, ayo anterin! Gue bisa telat ntar!" aku beranjak dari kursi, lalu menggendong tas berwarna merah maroon. Aku berjalan mendahului Rafa keluar dari Apartemen.
Hari ini Rafa tidak pergi ke kantor, karena nanti sore ia akan pergi ke Bali mengurus pekerjaannya. Huh, workaholic sekali dia.
Aku menaikkan resleting jaket berwarna biru cerah, dengan patch doraemon di dada kanannya. Setelah Rafa membukakan kunci mobil, aku langsung masuk dan duduk di kursi samping kemudi. Tak lama Rafa pun masuk dan duduk di kursi kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafnindita
Chick-LitWhy the dream feels like real? Highest Rank : #174 in Chicklit, 28th of December 2017 ⚫⚫⚫ Copyright © by Deane Almira