[1] 11. A little bit of happiness

1.1K 50 4
                                    


Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca.
Happy reading.

Sorry for typos.

•••

Anin tertawa terbahak-bahak setelah mendengar permintaan maaf dari Rafa. Pasalnya, Anin jadi tahu kelemahan Rafa yang nantinya bisa ia manfaatkan.

Tapi bukan Anin namanya kalau tidak jahil. Anin menggeleng, "Gak om. Gak gue maafin."

Mata Rafa membulat, seperti terkejut. "Kenapa Nin? Aku jahat banget ya? Dosa loh gak maafin suami,"

Anin mengulum senyumnya. Hilang sudah wibawa Rafa sebagai CEO di matanya. "Elah, santai Om. Gue maafin kok, gue kan baik orangnya."

Dari sini kita bisa simpulkan, bahwa Anin tidak trauma pada Rafa. Anin hanya takut di awal pada Rafa. Takut kejadian itu terulang. Ah sudah jangan di bahas.

Anin terkejut bukan main saat Rafa memeluknya. "Makasih." Anin tersenyum dan mengangguk. Ah ini indah sekali.

Gue akting mulus dikit biar gak diteror. Batin Rafa tertawa devil.

Rafa mengelus perut Anin yang belum membesar, "Hallo baby, daddy coming." Anin terenyuh mendengarnya.

Baru saja Anin mau membalas perkataan Rafa sebagai si dedek bayi, perut Anin langsung mual dan kepalanya pusing. Anin berlari ke kamar mandi, dan memuntahkan isi perutnya.

Rafa yang melihat itu hanya diam, tidak tau apa yang harus dilakukan. Sampai detik selanjutnya ia baru menghampiri Anin.

"Kamu kenapa?" Anin tidak menjawab, ia sibuk menyiram bekas muntahnya di lantai kamar mandi.

"Muntah Om." jawab Anin sekenanya. Rafa mendengus. Ia tau Anin sedang muntah. Maksud dirinya bertanya adalah kenapa Anin bisa muntah?

Anin kembali duduk di sofa. Ia membayangkan saat Rafa ketakutan karena Bundanya datang dalam mimpi nya. Ah Anin jadi dapat ide cemerlang.

"Om, gue ngidam." Rafa menatap Anin dengan menaikkan sebelah alis.

"Ngidam apa?" tanyanya cuek.

"Dede bayi nya mau ke rumah hantu." ucap Anin pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Rafa. Rafa melotot lalu menggeleng cepat.

"Gak! Aku gak mau! Apa-apaan?!" Rafa tidak sengaja membentak Anin.

Anin mau merengut. "Tapi ini kan kemauan dede bayi!"

"Pokoknya aku gak mau!"

"Iya udah." Anin berjalan ke arah kasur, membenamkan wajahnya di bantal. Entah lah, hormon ibu hamil memang sensitif.

Melihat itu, Rafa memutar bola matanya jengah. "Ya udah, buruan ganti."

Seketika Anin bangkit dan langsung berganti pakaian.

•••

Dengan wajah yang sangat bete, Rafa mengendarai mobil. Sedangkan Anin sibuk menganggu Rafa. Mulai dari menusuk-nusuk pipi Rafa yang sedikit berlubang, menarik bulu alis Rafa, hingga menjambak rambut Rafa. Membuat Rafa sangat kesal.

Jika Rafa tidak sedang berpura-pura, mana mungkin Rafa mau. Mungkin, Rafa sudah menyiksa Anin seperti kemarin.

"Anin diem sih!" Rafa jengah dengan sikap Anin yang sangat childish. Pun tanpa sengaja Rafa membentak Anin. Melihat Anin cemberut, Rafa tidak peduli lagi. Ia malas dengan Anin.

Rafa memikirkan cara untuk membujuk Anin agar tidak jadi masuk ke dalam ruangan mengerikan itu.

"Nin, aku traktir es krim aja yuk?"

Anin menggeleng. Kekeuh dengan pendirian nya menjaili Rafa. "Gak Om! Lo mau anak lo ileran?!" Anin membentak. Rafa mendengus kesal. Susah sekali membujuk Anin.

Anying!

Anak sialan!

Anak nyebelin!

Kayak bocah ingusan!

Terus aja ngomong nya bayi bayi! Batin Rafa tidak bisa berhenti mengumpat. Rafa kesal saat ia memakirkan mobilnya di salah satu tempat wisata. Ah bisa di bilang tempat uji nyali.

Saat Rafa menoleh ke arah Anin, ia mengernyit saat Anin sudah tidak ada di dalam mobil. Ia sudah berlari keluar. Sialan itu anak, gak inget apa di perutnya ada bayiku?

Setelah mengunci mobil, Rafa berlari menyusul Anin. Anin menyuruh Rafa untuk membeli tiket masuk. Sungguh, Rafa ingin melarikan diri dari tempat ini saat ini juga!

"Beli 2 mbak." ucap Rafa pada penjual tiket.

"Jangan godain dulu Om, buruan!" Anin baru saja melarang Rafa, Anin cemburu eh?

Mbak-mbak itu memberikan Rafa tiket setelah Rafa membayar. "Makasih mbak."

Rafa mendengus lagi saat Anin menariknya. Anin begitu bersemangat, sedangkan Rafa bermalas-malasan.

"Ayok Om, cepet!"

"Iya iya, bawel."

Baru saja selangkah di dalam, Rafa sudah mengeratkan genggaman tangannya pada Anin. Terbukti, Rafa memang takut pada hantu. Padahal hantu di sini adalah manusia yang di make over sedemikian rupa menjadi sangat mirip hantu.

Anin dan Rafa naik kereta yang akan berkeliling pada rumah hantu ini. Mereka duduk di bangku urutan ketiga, dengan dua kursi yang cukup untuk mereka berdua.

"Om geser elah, belum maju juga." Anin jengah dengan sikap Rafa yang penakut. Belum apa-apa, tangannya merasa sakit karena di genggam begitu kuat oleh Rafa.

Seperti saat ini, kereta belum maju, Rafa sudah mepet-mepet pada Anin kelihatan modus tapi Rafa memang ketakutan beneran. Rafa tidak peduli dengan omelan dan gerutuan Anin. Ia hanya sibuk mengatasi rasa takutnya.

Saat ini Rafa sedang mepet-mepet pada Anin dengan tangan yang menggenggam tangan Anin dengan kuat. Anin jadi menyesal menjahili Rafa.

Saat kereta maju, para hantu mulai bermunculan. Dari pocong yang tiba-tiba melewat. Kuntilanak yang sedang mejeng di langit-langit. Tuyul yang dengan sengaja mengetuk tangan Rafa, membuat Rafa berteriak ketakutan. Hilang sudah wibawa Rafa sebagai mantan CEO.

Rafa memeluk Anin dari samping dan membenamkan wajahnya pada tengkuk Anin saat seorang suster ngesot mendekatinya. Rafa memang lebay.

Anin berusaha melepaskan pelukan Rafa yang membuatnya sesak. Pelukan Rafa sangat kencang. Seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggal oleh ibunya.

"Om sesek." tapi Rafa tidak peduli. Salah siapa mengajaknya ke tempat seperti ini?

Saat hampir sampai, seorang genderuwo menghadang kereta. Saat itu pula Rafa mulai memberanikan diri untuk membuka mata. Namun hanya beberapa detik, Rafa kembali menutup mata. Bocah sialan!

Setelah selesai, mereka makan di restoran dekat tempat itu. Anin merengek kelaparan, dan sebagai jurus agar Rafa menurutinya adalah mengatakan bahwa dede bayi yang ingin makan bersama papanya.

"Om kok muka lo pucet deh?"

Rafa memberenggut, "Aku masih takut!"

Tawa Anin pecah saat itu juga. Sangking ngakaknya sampai ia tersedak. Untung Rafa dengan sigap memberikannya minum.

"Kualat ngetawain suami," ucapnya santai, lalu memasukkan kentang ke dalam mulutnya. Rafa santai, sedangkan Anin tidak bisa santai. Jantung Anin berdetak kencang. Pipinya bersemu. Rafa menganggapnya sebagai istri?

Anin bahagia saat ini. Walau pun ia sedikit jahat sudah menjahili Rafa sampai pucat seperti ini, tapi ia senang. Walau ini hanya sedikit, tapi ini hari pertama Rafa membuatnya senang. Anin jadi makin sayang sama Rafa.

Hari ini tidak ada Rafa yang cuek dan dingin, yang ada hari ini Rafa yang penakut dan sering merajuk. Bawaan dede bayi mungkin? Ah Anin juga tidak tau. Yang penting Anin suka Rafa yang seperti hari ini.

•••

Give ur vomment pls 😋
Ketjup basah dr Om Rafa yang penakut, 😘😘

RafninditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang