Aku mau buat cerita tentang Rafa dan Anin sebelum mereka menikah. Karena katanya ada yang bingung, asal usul mereka.
Aku tiba-tiba kangen cerita ini😢•••
Budayakan klik tombol bintang sebelum membaca dan beri komentar setelah membaca part ini.
Happy reading.Sorry for typos.
•••
Asap mengepul di udara, menandakan cairan hitam pengisi cangkir berwarna putih itu masih panas. Ini sudah cangkir ketiga yang ia pesan.
Rafa melirik arloji biru gelap yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, ia sudah menunggu hampir satu jam. Tetapi gadis yang ia tunggu belum juga sampai.
Tingkat kesabaran Rafa sudah di ambang batas, ia berdecak sebal. Ia menyeruput kopi hitam yang masih panas itu hingga tersisa setengah.
Tak lama gadis yang ditunggu datang dengan wajah tanpa dosanya, malah saat ini mukanya terlihat kesal. Harusnya siapa yang kesal saat ini?
Anindita, gadis dengan seragam putih-abu yang sedari tadi ia tunggu. Gadis yang empat bulan lagi berumur delapan belas tahun itu duduk di hadapan Rafa. Wajahnya ditekuk, bibirnya maju beberapa senti.
"Telat berapa menit, huh?" tanya Rafa sarkas.
"OM! POKOKNYA GUE GAK MAU DIJODOHIN SAMA LO!" ucap Anin setengah berteriak, ia tidak berbasa-basi.
Rafa terkekeh kecil dan itu tidak disadari Anin yang kepalang kesal itu, ia semakin gemas jadinya.
"Jangan berisik, bocahku." Anin melotot. Mulutnya mangap-mangap. Lucu, namun lebih terlihat seperti oon.
"GUE BUKAN BOCAH LO OM!"
Rafa memutar bola mata jengah, gadis di hadapannya sangat suka berteriak. Dirinya memang, tidak tau malu.
"Pesen makanan dulu, setelah itu kamu jelasin mengapa kamu telat menemuiku padahal kamu tau aku ada meeting sehabis ini," Rafa menyandarkan tubuhnya pada kursi, Anin masih cemberut. Anin memanggil pelayan, dan memesan minuman berwarna hijau rasa matcha.
"Gue kan sengaja telat kesini, gue habis jalan dulu sama Ara!"
"Lalu? Kamu punya ponsel kan? Ah atau nggak punya kuota internet?" tanya Rafa meremehkan, mungkin menurutnya Anin bisa memberi Rafa kabar agar Rafa tidak menunggu selama satu jam.
"Yeh Om, kuota internet gue banyak kali!" Anin menatap sengit Rafa, seolah lelaki berumur 22 tahun di hadapannya ini adalah musuh terbesar. Namun, memang benar sepertinya.
"Kalau begitu, mengapa tidak memberi saya kabar dulu? Setidaknya saya tidak akan meninggalkan meeting," tanya Rafa lagi, batas kesabaran Rafa memang sudah habis sedari tadi. Dan sekarang ia menggunakan bahasa yang lebih baku, menandakan lelaki itu sedang emosi.
Meski tau Rafa sedang emosi, Anin tidak peduli. "Ah! Gue tau! Om, lo nggak ada yang ngasih kabar kan?! Ah, dasar jomblo!" ejek Anin sambil tertawa. Gadis itu menatap Rafa, lalu langsung berhenti tertawa.
Yang Anin lihat, Rafa sedang menatapnya tajam. Anin hanya cengengesan.
"Oke oke Om, santai. Ada apa?" tanyanya sedikit takut dengan Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafnindita
ChickLitWhy the dream feels like real? Highest Rank : #174 in Chicklit, 28th of December 2017 ⚫⚫⚫ Copyright © by Deane Almira