Desya berjalan dengan kecepatan tinggi dari kantin kampusnya menuju parkiran untuk menemui sang kekasih, yang sudah dari tadi menelepon berulang kali sampai membuatnya kesal sendiri karena terganggu dengan handphonenya yang berdering tanpa henti.
Walau sebenarnya jika ada orang yang harus disalahkan, seharusnya orang tersebut adalah Desya. Sejak satu jam yang lalu, Arman telah sampai di kampus untuk menjemputnya sesuai perjanjian mereka tadi pagi karena Desya mengkonfirmasi jam kuliahnya selesai pada pukul 11. Tapi tak taunya, dia malah ngeluyur dulu ke kantin untuk membeli makanan kesukaannya berupa roti panda yang ia beri panggilan sayang 'ronda'. Dan anehnya, ia membeli ronda setiap hari bukan karena rasanya yang enak tetapi hanya karena roti tersebut berbentuk panda dan ia terlalu gemas dengan panda tersebut sampai membelinya setiap hari. Sangking cintanya, ia sampai mengatakan bahwa rondanya itu adalah penyemangatnya karena ia bisa lesu sepanjang hari jika tidak mengkonsumi ronda walau itu hanyalah kalimat hiperbolanya saja.
Buktinya, ketika libur akhir semester, sudah pasti Desya tidak akan bisa membeli rondanya itu tetapi sama sekali tak ada yang berubah darinya walau tidak memakan ronda.
Bukan hanya sekedar membeli ronda. Tetapi sebelum itu, dia sempat nongkrong terlebih dahulu di kelas anak-anak musik yang sedang berlatih untuk pertunjukan mereka dan berakhirlah ia menghabiskan waktu puluhan menit disana karena ingin ikutan menari dangdut disaat mereka sedang memutar lagu 'Tarik Selimut'.
Sudah dapat dipastikan, ketika Desya masuk ke dalam mobil, terpampanglah wajah masam Arman dengan wajah angkuhnya walau sebenarnya tanpa dibuat masam pun, wajahnya memang sudah terlihat angkuh. Makanya terkadang Desya sering sekali protes dan menyuruhnya untuk tersenyum ramah serta menghilangkan aspek angkuh yang ada di wajahnya itu, yang tak pernah diturutinya sampai sekarang.
Dengan cengiran polos dan wajah sedikit bersalahnya, walau dalam hati Desya tak merasa bersalah, ia menyampaikan permintaan maafnya. "Kak, sorry ya udah buat kakak nunggu lama. Tapi suer kak, gak boong, aku beneran lupa" ujarnya menampilkan senyum bersalahnya.
Inilah yang membuat hati Arman selalu melunak. Ia tak pernah bisa marah jika melihat wajah imut milik Desya. Keceriaan yang selalu ditunjukkan gadis itu selalu mampu menciutkan nyalinya sehingga ia hanya bisa menghela napas lelahnya. "Terus kenapa telpon aku gak diangkat?"
"Nah kalo itu kan karna aku gak mau aja pulsa kakak abis, yang penting kan aku udah tau kalo kakak jemput aku, makanya gak aku angkat"
Ya omongan Desya memang ada betulnya sih, cuma dia gak tau aja gimana kesel dan frustasinya Arman waktu teleponnya gak diangkat-angkat dan harus nelepon berulang-ulang.
"Lain kali jangan begitu ya, cuma karna pulsa aja kamu sampe gak angkat telpon aku"
Desya memberenggut. "Iya iya"
"Jadi habis ini kamu mau langsung balik ke kantor?" tanya Desya mencari tau karena ia ingin sekali hari ini menonton "Despicable Me" yang baru rilis di bioskop.
Kadang Desya suka kesal sendiri. Arman itu selalu sibuk tapi Arman mempunyai waktu khusus untuk Desya yang tidak bisa diganggu gugat dan akan menolak semua pekerjaan yang ada pada hari itu, tepatnya hari Minggu. Tapi untuk Desya yang kadar tak sabarnya sudah tinggi ingin menonton "Despicable Me", ia tak bisa harus menunggu sampai hari Minggu karena hari ini baru hari Selasa dan film itu keluarnya baru Senin kemarin. Desya merasa bosan jika mereka selalu keluar hari Minggu karena kan sekali-sekali ia pengen jalan-jalan di hari biasa gitu. Tapi, setiap Desya ngajak Ranti, Maya dan Uli, pastinya Arman selalu melarang dan menyuruhnya untuk pergi bersamanya saja sedangkan dirinya saja selalu sibuk.
Seperti saat ini contohnya. Sekarang Desya sudah sampai di rumahnya setelah pertengkaran mereka di mobil tadi. Desya ingin mengajak Arman menonton "Despicable Me" hari ini atau besok yang ditolak Arman karena ada kasus yang harus ditanganinya. Tapi tentu saja Desya tak terima dan meminta izin untuk mengajak rombongannya itu, yang langsung ditolak Arman karena Arman berjanji akan mengajaknya menonton pada hari Minggu. Dan setelah itu, mereka bertengkar untuk mempertahankan ego masing-masing selama perjalanan menuju rumah Desya yang sepertinya dimenangkan oleh Arman walau Desya tak mengakuinya. Desya ngambek dan turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Bukannya minta maaf, Arman malah masih melarang-larangnya melalui chat yang dikirimkannya.
Peyang : Inget,jangan pergi dulu ya! Ntar sama aku aja
Singkat sih pesannya, tapi bisa buat Desya kesel sendiri dan pengen makan nasi sebakul rasanya. Desya kira Arman bakal minta maaf tapi gak taunya malah bikin dia emosi sendiri. Desya jadi pengen ganti nama 'Peyang' alias Pengacaraku Sayang, yang dia kasih ke Arman itu karena kesel banget. Tapi emang selama dia pacaran 4 tahun sama Arman, Arman itu jarang banget minta maaf, egonya terlalu tinggi, mungkin karena profesinya yang sebagai pengacara, jadinya dia selalu berpendapat kalau omongannya itu benar.
Desya sebenernya pengen banget diam-diam pergi tanpa sepengetahuan Arman dengan teman-temannya. Cuma dia agak takut, bukan agak sih, emang takut karena pernah sekali dia ketahuan pergi diam-diam walau sebenarnya Desya memang sering pergi tanpa ngasih tau Arman.
Tapi semenjak sebulan lalu dimana dia ketangkep basah di mall, Desya jadi kapok dan gak mau ngulangin lagi, kecuali kalo dia emang udah kebelet banget mau pergi.
Waktu itu, Desya dijemput sama Uli untuk nonton "Beauty and The Beast" karena Desya itu terobsesi banget sama film-film disney. Sayangnya setelah mereka selesai nonton, tiba-tiba Arman datang dengan wajahnya yang menahan amarah, kesal dan terpampang jelas jika ia sedang menahan emosinya. Tanpa mengenal malu, Desya langsung ditarik bagaikan tahanan yang sedang kabur dan dibawa ke apartemennya lalu dikurung disana selama satu minggu sampai Desya mau berjanji untuk menurut dan tidak akan mengulanginya lagi.
Rasanya Desya mau mengutuk-ngutuk Uli yang dengan bodohnya ngasih tau lokasi mereka sampai Arman datangin mereka. Koneksi Arman itu emang patut diacungin jempol. Dan yang membuat Desya salut juga adalah Arman bisa mengakali ayahnya agar Desya dibolehkan menginap di apartemennya selama satu minggu, atau lebih tepatnya ditawan.
Desya bergidik ngeri jika mengingat peristiwa itu, rasanya malu ketika ia harus diseret-seret di tempat keramaian seperti itu. Ingin sekali Desya memberontak jika ia tidak mempunyai malu seperti Arman.
Desya juga sering merasa kesal dengan ayahnya yang terus-terusan membela Arman setiap kali ia menceritakan pertengkarannya dengan Arman. Ayahnya itu tipe orang yang cuek, dia tidak pernah menunjukkan perhatiannya secara langsung, ditambah lagi ayahnya sangat jarang berada di rumah. Ayahnya bekerja sebagai pengacara juga di kantor milik Arman. Kalau ibu Desya sudah meninggal sejak ia berumur 15 tahun.
Mungkin karena ayah Desya itu merasa berutang budi pada Arman, makanya ia selalu membela Arman dan tak perduli jika tetap Arman lah yang bersalah. Dulu, ayahnya Desya itu bukan pengacara yang berpenghasilan besar seperti sekarang, ayahnya hanya asisten pengacara yang belum mempunyai nama. Tapi semenjak Desya berpacaran dengan Arman, entah bagaimana ceritanya, ayahnya langsung dipromosikan oleh kantor secara besar-besaran sekaligus dinaikkan jabatannya. Hal inilah yang menyebabkan ayah Desya akan mendukung secara penuh hubungan Arman dan Desya. Tetapi Desya tidak mengetahui hal tersebut, yang ia tau, ayahnya bisa sukses sekarang karena memang hasil jerih payahnya sendiri.
Desya itu sering banget berantem sama Arman, cuma mereka berdua itu tipe orang yang kalo udah berantem bakal langsung ngelupain pertengkaran mereka, jadinya gak nyampe satu hari, mereka pasti baikan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend(END)
RomanceGimana jadinya kalo seorang cewe imut, kekanakan dan polos kayak Desya, dikekang sama pacarnya yang selalu bikin dia gemes sendiri? Pacarnya Desya itu pengacara, jadinya sifatnya berbalikan banget sama Desya. Tegas, dewasa, bijak dan yang jelas gak...