Siang ini, tiba-tiba saja Desya merasa ngidam. Ia menginginkan green tea latte yang dijual di kafe favoritnya hanya karena melihat meja belajarnya yang berwarna hijau. Mungkin jika meja itu dapat berbicara, meja itu akan menertawakannya.
Itulah penyebab yang membuatnya berakhir duduk di kafe langganannya dengan green tea lattenya dan ditemani sepiring cheese cake yang ia makan dengan penuh kasih sayang sesuap demi sesuapnya. Rasanya Desya ingin memaki pemilik kafe ini karena menjual sepotong kecil cheese cake saja harganya mencapai 60 ribu-an.
Sudah satu jam lebih Desya duduk disini dengan segala perlengkapan yang sudah disiapkan. Mulai dari laptop, cas laptop, earphone, sambungan kabel beserta teman-temannya yang akan menemaninya menghabiskan waktu seharian disini. Ia terlihat seperti anak kuliahan yang sedang sangat serius mengerjakan tugasnya dengan memandangi layar laptop begitu seksama walau sebenarnya bukan itu yang terjadi.
Disaat Desya sedang terhanyut perasaannya pada drama korea yang ia tonton, matanya pun sampai tak berkedip sama sekali serta hembusan napas pun tak terdengar. Tapi ia tidak nyaman berada disini. Bukan karena tempatnya, tetapi sedari tadi ia merasa sedang diperhatikan oleh seseorang. Dan benar saja, ternyata ada seorang pria berwajah bule yang memandanginya serta pria itu sekarang duduk di hadapannya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Oke, pria itu sudah mulai memancing kemarahan Desya, jadi jangan salahkan dirinya jika sekarang ia secara terang-terangan menampilkan wajah juteknya yang angkuh seperti mengajak orang bertengkar. Terlalu banyak kesalahan pria di hadapannya ini sampai-sampai Desya ingin sekali melempari wajah pria itu dengan cheese cake yang ada di hadapannya. Eh tapi jangan deh, mahal soalnya, sayang juga.
"Hai, ketemu lagi" pria itu tersenyum manis padanya tanpa merasa bersalah yang membuat Desya semakin jutek. Ganteng sih, tapi Desya tak tertarik. Eh tunggu dulu, pria itu tadi bukannya bilang kata-kata ketemu lagi ya? Berarti sebelum ini, mereka udah pernah ketemu dong.
"Memangnya lo siapa? Kita kenal?" tanya Desya bingung sekaligus tak ketinggalan nada jutek serta angkuh yang ia gunakan.
Pria itu malah tersenyum semakin manis. "Masa gak inget? Padahal baru tadi malem loh kita ketemu"
Desya jadi penasaran. Pria ini sebenarnya sedang mengerjainya atau gimana sih. Desya mencoba mengingat-ingat wajah pria bule dihadapannya ini. Tapi setelah ia mengorek-ngorek seluruh ingatannya, rasa-rasanya wajah pria ini tidak terdapat dalam memori otaknya.
"Ya ampun, pikun banget sih. Nama aku Kiel, inget gak?" tanyanya penuh harap kembali.
Ah! Desya ingat saat pria itu menyebutkan namanya. Tadi malam, saat ia menghadiri acara reuni tersebut, ia sempat berkenalan dengan para alumni dari kampusnya. Dan ada salah satu dari mereka yang bernama Kiel, tepatnya pria di hadapannya ini tapi memang ia tak mengingat wajahnya, lagian tak mungkin jugalah ia akan mengingat semua wajah mereka satu per satu. Oh God, matilah dia karena berani-beraninya bersikap angkuh pada kakak tingkatnya sendiri.
"Ckckck... Kurang ajar sekali kau Desya" hati kecilnya berbicara.
Desya gelagapan lalu jadi gugup sendiri dan menyengir penuh rasa bersalah sekaligus menyesal. Ia bingung mau mengatakan apa.
"Euh... eu... iya kak, aku udah inget, maaf banget kak tadi aku gak sopan ke kakak" ucap Desya lirih sambil menundukkan kepalanya untuk menutupi rasa malu.
Pemuda itu ingin tertawa terbahak rasanya melihat gadis yang tadinya angkuh menantanginya itu tertunduk malu sekarang. Tetapi tentu saja ia tidak akan tertawa di depan Desya, bisa-bisa barbie hidup di hadapannya ini tersinggung pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend(END)
RomanceGimana jadinya kalo seorang cewe imut, kekanakan dan polos kayak Desya, dikekang sama pacarnya yang selalu bikin dia gemes sendiri? Pacarnya Desya itu pengacara, jadinya sifatnya berbalikan banget sama Desya. Tegas, dewasa, bijak dan yang jelas gak...