PART 14 - Shy Shy Cat

20.6K 1K 20
                                    

     "Kok kamu pesen mi lagi sih? Kan kemarin baru makan mi. Mi itu gak bagus buat pencernaan Sya, apalagi kamu belum makan dari pagi" omel Arman saat pelayan yang mencatat pesanan mereka telah berjalan menjauh karena tak mungkinkan ia menegur Desya di depan pelayan tersebut?

Dengan keadaan perutnya yang kosong sekarang, Desya malah memesan ramen di restoran Jepang favorite mereka ini. Kebetulan restoran ini memang menjadi pilihan utama mereka untuk jam makan siang karena lokasinya yang juga dekat dengan rumah Desya sehingga Arman tidak akan terlambat saat kembali ke kantor. Selain itu juga karena rasa makanannya yang juga memuaskan lidah.

     "Ya gak papa, kan aku suka mie" jawabnya dengan polos.

Arman menghembuskan napas kesal. Desya ini memang amat berbeda dengan Arman yang menjaga kesehatan tubuhnya dengan memakan makanan yang bergizi serta sehat. Kalau Desya sih asal enak dan dia suka, tetep bakalan dimakannya walau ada berton-ton MSG yang terkandung di dalamnya.

     "Terserah kamu deh Sya. Tapi awas aja ya kalo kamu sampe sakit lagi kayak beberapa bulan lalu karena makan sembarangan! Aku pastiin kamu tiap hari bakal makan sayuran terus" ancam Arman menatap tajam Desya yang duduk di hadapannya dan sibuk memain-mainkan menu makanan yang masih ada di meja lalu bersikap acuh tak acuh dengan omelannya sedari tadi.

Desya memutar bola matanya kesal. Selalu begitu. Arman terlalu banyak mengatur menurutnya. "Iya iya" jawabnya dengan kesal.

     "Dasar cerewet!" umpat Desya berbisik pelan.

Arman mengusap pucuk kepala Desya dengan lembut dan tersenyum kecil melihat gadis itu yang terus-terusan merengut dan memprotesnya lewat dumelannya, yang walaupun diucapkan dengan suara kecil, tetapi masih dapat didengar oleh Arman.

     "Aku bisa denger loh Sya" ucap Arman menoel hidung Desya.

     "Biarin aja! Aku emang sengaja biar kamu denger" Desya menatap Arman sebal.

Arman terkekeh. Desya sekarang terlihat sangat menggemaskan baginya dengan raut wajah kesalnya. Bahkan saat gadis itu makan pun juga terlihat sangat imut dan membuatnya gemas. Tetapi bukan hanya saat makan saja, saat ia baru bangun pun tetap sama. Ah tidak-tidak, Desya memang selalu terlihat menggemaskan kapanpun di mata Arman dengan segala keunikannya.

Akhirnya perkelahian kecil mereka itu terhenti saat makanan yang mereka pesan telah berada di hadapan mereka dan suasana terasa hening karena mereka berdua sama-sama kelaparan dan sibuk menyantapi makanan pesanan mereka. Setidaknya sebelum tiba-tiba suara seorang wanita yang menghentikan kegiatan mereka memasukkan sesuap makanan ke dalam kerongkongan masing-masing.

     "Pak Arman?"

Seorang wanita dengan pakaian kantornya, menghampiri mereka.

     "Bu Rini? Ngapain disini? Ara gak ikut?" tanya Arman berdiri dari duduknya lalu menyalami wanita itu dan menengok-nengok ke sebelahnya, mencari keberadaan Ara.

Rini tersenyum lembut menanggapinya. "Saya kebetulan tadi lewat. Ara siang-siang begini masih di sekolahnya"

Desya melongo, tetap di tempat duduknya memandangi dua orang di hadapannya ini.

     "Oh iya, kenalin Bu, ini Desya, pacar saya" Arman menjulurkan tangannya, membantu Desya untuk berdiri.

Raut wajah Rini berubah, senyumnya perlahan-lahan memudar walau ia masih berusaha menampilkan senyumnya dengan raut wajah terpaksa. Tak disangkanya pria yang sempat membuatnya tertarik karena sikapnya yang dewasa itu ternyata sudah memiliki kekasih dan cantik serta manis pula.

Rini tetap bersikap ramah dan mengulurkan tangannya walau hatinya sedang merasa kecewa sekarang.

     "Kenalin, ini salah satu klien aku dulu Sya, aku pernah bantu Bu Rini waktu sidang cerainya" jelas Arman pada Desya yang tampak manggut-manggut. Dari penglihatannya, Arman sepertinya sangat menyanyangi gadis ini.

My Possessive Boyfriend(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang