PART 22 - Egoism

20.4K 1K 23
                                    

     "Apa? Ke Palembang?" jerit Desya terkejut saat Arman memberi tau kalau ia harus berangkat ke Palembang besok pagi bersama Reno-Rini, untuk meninjau lokasi tanah yang ingin mereka beli.

Minggu pagi ini, Arman sudah nangkring di depan rumah Desya untuk melihat wajah gadis yang dirinduinya karena sudah beberapa hari belakangan ini tak dilihatnya. Desya langsung mendumel saat dirinya harus terbangun karena telepon dari Arman yang menyuruhnya buka pintu.

Arman mengangguk lalu meletakkan roti panggang yang baru ia buat di hadapan Desya, yang duduk tercengang di meja makan. "Iya Sya, gak apa-apa kan?" tanyanya memandang penuh harap pada Desya yang duduk di seberangnya dan terlihat manis dengan balutan piyama Hello Kittynya.

     "Kenapa baru ngasih taunya sekarang?" tanya Desya tak terima dengan pemberitahuan yang mendadak begini.

     "Aku juga baru tau Sya. Jadwalnya dimajuin karna gak taunya besok kita bertiga ada waktu kosong"

     "Tetep aja gak bisa gitu. Kita udah lama gak ketemu dan dengan seenaknya kakak bilang besok kakak mau berangkat?" sindirnya sinis.

Arman menghela napasnya. Ia juga tak tau kenapa tiba-tiba jadwal pemberangkatan mereka dimajukan seperti ini. Arman berdiri lalu mendekati Desya dan mengambil posisi di samping gadis itu sembari menggenggam erat tangannya.

     "Maaf Sya. Aku juga marah pas mereka ngasih tau tiba-tiba. Tapi mau gimana lagi? Ini tuntutan kerjaan soalnya" Arman terdengar pasrah.

Desya meniup poni kesal lalu memutar bola matanya. "Ya udah deh, kalau emang gitu aku bisa apa?" ujar Desya pasrah akhirnya.

Arman tersenyum lega lalu mengecup pipi Desya kilat. "Makasih ya udah selalu support aku. That's really means a lot to me..." ucapnya memandang Desya dengan penuh kasih sayang.

     "Dimakan tuh rotinya" tunjuk Arman pada roti yang sedari tadi belum disentuh Desya.

     "Iya iya" omel Desya kesal. Padahal kan lagi tatap-tatapan tadi. Tapi perintah Arman barusan malah menganggu suasana romantis mereka.

Desya melahap roti panggang isi cokelat buatan Arman dengan semangat. Ya, dia memang sangat menyukai segala jenis roti, terutama roti cokelat.

Sambil memandangi Desya yang menyantap makanannya, otaknya dari tadi terus berpikir. Ada satu hal lagi yang ingin disampaikan Arman pada Desya, yang sering mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

Arman ingin hubungan mereka berlandaskan rasa saling percaya. Tapi rasa percaya tak akan bisa muncul bila tak ada kejujuran, right? Maka dari itu, Arman ingin mereka saling jujur dan terbuka pada satu sama lain.

     "Sya" panggil Arman setelah menimbang-nimbang dan bergumul dengan pikirannya sendiri.

Ia tak tau Desya akan marah atau tidak setelah ia mengungkapkannya. Tapi sekalipun begitu, Arman tetap lebih memilih untuk memberi tau Desya agar tak terjadi kesalahpahaman yang tak diinginkan nantinya.

     "Apa kak?" jawabnya dengan mulut yang masih asyik mengunyah.

     "Aku mau cerita sesuatu ke kamu. Menurut aku sih penting tapi gak tau gimana menurut kamu" ucap Arman dengan raut seriusnya.

Desya berhenti memasukkan potongan-potongan roti ke dalam mulutnya dan tiba-tiba merasa ngeri sendiri melihat ekspresi Arman yang serius.

     "Ihhh, apaan sih muka kakak jadi sok serius gitu, jangan bikin aku takut ah!" Desya memukul lengan Arman.

Arman malah jadi tertawa sendiri. "Iya iya, jadi muka aku harus gimana?"

     "Ya gak gimana-gimana. Kayak cerita biasa aja lah! Jangan sok dibuat tegang begitu!"

My Possessive Boyfriend(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang