BANGTANVEROSSA: 7

313 27 0
                                    

"Kau-"

"Kim Taehyung.."

"...."

"Apa kabarmu Putri?"

Kim Taehyung. Sahabat semasa kecilku. Walaupun kami bermarga sama tapi kami tidak dalam satu keluarga. Kudengar sekarang dia menjadi penerus kerajaan Gucci yang begitu cantik dengan kekayaan bunga mawarnya. Aku hampir tidak mengenalnya. Semenjak kepindahannya ke wilayah Gucci, saat itu aku dan Taehyung masih berumur 10 tahun. Dia sangat jenius, dia adalah seorang ilmuwan sekarang dan menjadi putra mahkota di kerjaan ayahnya.

"Aku baik. Bagaimana denganmu?"

"Baik. Sudah lama tidak bertemu denganmu, Tuan Putri.." Suara kini menjadi sangat berat, terdengar gagah.

"Apa yang kau lakukan disini Taehyung?"

"Aku sedang membeli beberapa peralatan yang kubutuhkan untuk.... Ah ya, aku akan pergi ke kastil ayahmu mengirimkan banyak bunga untuk acara yang akan datang. Kudengar Pangeran Seokjin akan menikah, dengan siapa?"

"Dengan Putri Jennie dari Kerajaan Blackpink. Oh, sepertinya tadi ada beberapa orang kurirmu datang ke kastil untuk mengantar bunga. Kau ingin kesana? Dengan senang hati aku akan menyambutmu.." Aku tersenyum.

"Terimakasih, dan apa yang kau lakukan disini?"

"Ah, aku.... OH TIDAK! AYAM KALKUNKU! Aku pergi duluan. Sampai jumpa di kastil, Pangeran Taehyung!" teriakku lalu segera berlari kembali ke kedai dengan membawa sekantung apel. Hoseok mengikutiku dari belakang.

"Ah ini dia Tuan Putri, makanlah segera. Tidak enak kalau sudah dingin.." Aku pun mengambil seporsi ayam kalkun jumbo itu.

"Terimakasih, Madam.."

Akhirnya aku dapat memakan ayam kalkun sepuasnya.

"Kim Jisoo! Cepat bersihkan dirimu, nak! Kita akan ada tamu!" Suara ibu terdengar dari luar kamar.

"Iya ibu.." Aku baru bangun tidur. Entahlah, tidak ada yang bisa kulakukan selain tidur seharian.

Aku pun mandi dan memakai gaun berwarna merah muda kesukaanku. Kata ibu, kami akan makan malam bersama tamu itu.

"Selamat datang!" seru ayahku sambil berdiri dari duduknya.

"Selamat- Taehyung?" aku menyudutkan pandanganku dari antara beberapa orang yang datang dan masuk ke ruang makan besar istana. Dia melihatku.

"Selamat malam, Tuan Putri.." Suaranya yang berat itu. Aku pun tersenyum.

Apa ini? Taehyung duduk di sebelahku? Biasanya ibu yang duduk di sebelahku dan mengambilkan makanan.

"Haa, ternyata kau benar kemari.." ucapku sambil menoleh kearahnya. Ayah dan ibu masih sibuk berbincang bersama ayah dan ibu Taehyung sambil menunggu makanan datang.

"Bagaimana bunga-bunganya? Kau suka?"

"Ah iya, aku baru saja melihat beberapa ikat bunga mawar di balai istana. Semuanya sangat cantik.."

"Ya, cantik sepertimu.." Yak, apa yang dia katakan? Tidak, tidak. Aku saja yang bawa perasaan, tapi jantungku berdetak cepat. Aku hanya membalasnya dengan kekehan kecil.

Malam ini Putri Jennie juga ikut makan malam bersama. Dia datang ke ruang makan bersama Kak Seokjin. Bahkan di hadapan Putri Jennie, Kak Seokjin masih bisa menjadi monster pemakan segala. Dasar orang aneh.

"Baiklah, karena makanannya sudah datang. Mari kita makan, bersulang!"

"BERSULANG!"

Walau tidak ada ayam kalkun, makan malam ini terasa begitu nikmat. Semuanya merasa bahagia. Hanya terkadang aku memikirkan Jimin kembali.

"Kim Jisoo?"

"Ah ya?" Suara Taehyung membuyarkan lamunanku.

"Kenapa kau tidak makan?"

"A.. Aku makan.." jawabku sambil mengangkat sendokku.

"Mau ku suapi? Ayo buka mulutmu.." Dia menyodorkan sendoknya yang berisi kuah sup dan daging. Aku pun menerima suapannya lalu tersenyum.

"Hoaaaaamm.." Aku bangun siang hari ini. Mungkin karena terlalu kenyang makan semalam.

"Kim Jisoo!" Itu suara Kak Seokjin. Aku baru bangun dan dia menghancurkan semuanya.

"Hm? Ada apa?" Aku membuka pintu dan menyipitkan mataku mencoba melihat karena masih mengantuk.

"Yak! Bangunlah dasar kerbau!" Dia menjitak kepalaku. Itu menyakitkan.

"Ini ada titipan untukmu.." Kak Seokjin memberikan sebuket bunga tulip yang berwarna-warni.

"Uuuuu.. Dari siapa?"

"Tidak tahu, tidak ada nama pengirimnya. Aku juga hampir lupa memberikannya padamu karena ini sudah ada sejak pagi tadi.."

"Hm...." Aku menganggukkan kepalaku lalu menutup kembali pintu kamarku.

"Mungkin ini dari.... JIMIN!" Aku tersenyum dan memeluk erat buket bunga itu. Sesekali aku mencium harumnya bunga-bunga ini. Aku sangat merindukan Jimin.

"Kalau aku tidak mencarinya aku tidak akan pernah menemuinya.." Diriku bertekad untuk mencari Jimin keseluruh desa yang ada di Negeri Bangtanverossa. Ya, aku harus mencarinya.

"Aku lelah, Hoseok.." Aku pun duduk di pasir pantai. Sudah sejauh ini dan aku belum mendapat pentunjuk keberadaan Jimin.

"Jimin-ssi! Kau dimana? Apa kau ingin menjadi Pangeran Jeon yang kedua? Argh! Kumohon jangan membuatku untuk tidak percaya lagi padamu. Aku mencintaimu. Jangan membuatku harus melupakanmu. Kalau aku bisa menunggu Pangeran Jeon selama beberapa bulan aku bisa menunggumu hingga bertahun-tahun. Tapi kau tahu berat rasanya. Aku sangat merindukanmu Park Jimin. Tapi aku bisa apa. Aku ingin seperti dulu. Kau bisa menjadi seseorang yang selalu membuatku tersenyum bahagia, bisa menghiburku dikala aku menunggu Pangeran Jeon. Aku merindukan saat kau meminta ciuman dariku. Jimin-ssi...." Aku berbicara pada ombak yang bergulung di hadapanku. Aku menangis, keras sekali. Untung saja tidak ada yang memperhatikanku berbicara sendiri disini.

"Tuan Putri?" Ada yang memegang pundakku. Apa dia Jimin? Aku pun menoleh ke belakang.









Don't forget to give you comment and vote to get the next part. Thank you!

bangtanverossa👑 [jisooxjimin] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang