Sekolah tidak menjadwalkan kegiatan belajar mengajar pada hari Sabtu. Sehingga hari ini sekolah umumnya digunakan untuk kumpul rutin atau latihan ataupun event ekskul. Termasuk ekskulku, jurnalis, yang memilih untuk melakukan kumpul pada hari ini. Angkatanku terdiri atas lima belas orang dan kami dibagi menjadi tiga kelompok. Kata kakak senior kelas dua belas yang bernama Kak Namira, kelompok ini akan terus dipergunakan hingga pelantikan, dua pekan dari sekarang.
Oh, ya. Aku belum menceritakan bahwa sekolahku memiliki sebuah event benama PAB yang merupakan singkatan dari Pelantikan Anggota Baru. Ya, acara pelantikan ini dilakukan secara massal untuk seluruh ekskul di sekolah. Dimana seluruh siswa kelas sepuluh wajib mengikutinya. Dengan kata lain, seluruh siswa wajib memiliki ekskul. Yah, kalau kata Kak Wildan ketika MPLS sih, setidaknya wajib sampai PAB selesai.
Saat ini, kami tengah diajarkan bagaimana cara membuat artikel yang baik. Kemudian, Kak Namira meminta kami membuat artikel untuk mading yang akan ditempel hari Senin. Yang artinya, kami harus menyelesaikan artikel itu hari ini juga. Judul artikel yang harus dibuat oleh masing-masing kelompok sudah ditentukan oleh Kak Namira. Kelompokku sendiri mendapat judul 'Motivasi Belajar Kawula Muda'.
Kami membagi-bagi tugas, dua orang menulis dan tiga orang wawancara. Aku sendiri kebagian tugas untuk wawancara. Kami bertiga mulai menyusun pertanyaan dan mengotak-ngotakkan narasumber menjadi beberapa kategori, lantas membagi kategori-kategori tersebut untuk diwawancarai.
Aku memekik dalam hati begitu mengetahui kategori yang kudapat adalah 'siswa pintar nan rajin' dan 'siswa yang memiliki pacar'. Sebab yang seketika melayang di benakku adalah deretan nama Adhi Surya Perdana dan Charisma Arya Bimasena. Ya, semoga saja ekskul yang mereka geluti juga berkepentingan untuk sekolah hari ini.
"Charisma!" Aku berlari-lari kecil ke arah ia yang baru saja keluar dari lab komputer. Dugaanku, ia mengikuti ekskul IT. "Gue dari perwakilan jurnalis. Minta waktu lo sebentar buat wawancara, boleh?"
Alisnya menyatu, "kenapa harus gue?" Aku menghela napas. Seminggu sekelas dengannya, aku sudah menyimpulkan bahwa Charisma adalah orang yang jutek dan irit ngomong. "Karena lo sesuai dengan kategori narasumber gue, rajin dan pintar."
"Lo kan lebih pintar dari gue, kenapa lo nggak wawancarain diri lo sendiri aja?" Oke, kurasa anak satu ini mulai gila. "Gue nggak rajin, kalau lo lupa. Lagian, ya kali gue mewawancara diri sendiri."
Ia mendengus, "lima menit. Nggak lebih." Akupun segera menyalakan aplikasi perekam suara pada ponsel, mendekatkan mikrofonnya ke mulutnya, dan mulai menanyai motivasi belajarnya.
"Sejak kecil, gue dididik orang tua gue untuk selalu menjadi yang nomor satu. Makanya gue belajar, karena gue tau itu harus. Untuk mengalahkan saingan-saingan gue. Untuk jadi yang nomor satu." Aku terkesiap mendengar jawabannya. Ambisius sekali.
Lalu tanpa seizinku, ia menghentikan aplikasi perekam itu dan bertanya, "kalau motivasi belajar lo, apaan?" Sebetulnya aku tak punya ide mengenai tujuannya menanyaiku begini. Tapi tak ada salahnya untukku menjawabnya, bukan?
"Jujur ya, gue tuh nggak mengenal kata 'harus' dalam kamus hidup gue. Gue belajar, ya semata-mata karena gue pensaran. Pengen tahu. Pengen bisa." Ia tesenyum samar. Sangat sangat samar. "Udah lebih dari lima menit." Katanya lantas meninggalkanku begitu saja.
"Woy! Gue foto dulu, sini!" Aku menyeru agak kencang, jarak kami memang sudah lumayan jauh. Ia menoleh, berkata "ogah!!" lantas kembali meneruskan jalannya. Aih, dasar manusia kaku!
Sekarang, aku memutuskan untuk duduk di pinggiran koridor. Menunggui Adhi yang sedang sibuk menendang-nendang ria. Tak jauh dariku, kulihat ada Tantri yang hampir kupastikan juga sedang menunggu Adhi. Sebab ekskul cheerleaders tidak sedang berlatih hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Semenjana
Genç KurguAku ini anak biasa, hidup di keluarga yang biasa, dan memiliki pergaulan yang biasa. Ya, semua yang ada di hidupku rasanya semenjana. Terlalu biasa saja. Lalu semua terasa berbeda, ketika aku masuk SMA. Tidak ada lagi hari-hari yang terlalui denga...