#1 KAUSA

3.2K 448 278
                                    

"Porosmu hadir secara tiba-tiba, menuntunku ke dalam dimensi dirimu yang belum aku tahu. Kau memberiku sebuah nama yang tak akan pernah aku lupa. Selanjutnya, aku harus apa?"

Kemeja dengan sedikit gulungan di kedua lengan dan celana jeans hitam sudah menghiasi tubuhku pagi ini. Rambut ikal yang tidak begitu panjang sudah tertata rapi. Dengan mata khas orang keturunan timur tengah, aku menatap dan memperhatikan diriku sendiri di dalam cermin.

Terdengar deru motor dan dering ponsel secara bersamaan. Kulihat layar ponsel dan ternyata temanku sudah menjemput di depan.

Kami memang akan pergi ke salah satu universitas negeri di Bandung yang berada di sekitar Dipati Ukur untuk mengadu nasib mengikuti ujian masuk salah satu televisi swasta nasional. Kuambil tas dan segera turun untuk menemui teman yang sejak tadi sudah menunggu. Dengan motor tuanya kami bergegas pergi menerjang kemacetan yang sudah biasa terjadi di waktu pagi.

Tidak butuh waktu lama akhirnya aku dan temanku sampai, karena memang jaraknya yang tidak terlalu jauh jadi kami hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit di perjalanan. Suasana ramai menyambut kami ketika memasuki kawasan universitas. Pria berkemeja dan wanita dengan blazer menjadi pemandangan lazim di sana.

Antrean sudah mengular, tanpa pikir panjang kami segera bergabung sehingga menjadi satu kesatuan. Peserta ujian dibagi dalam beberapa ruangan, kami mendapat ruangan di fakultas hukum. Ruangannya bersih dengan dipadukan kursi yang tertata rapi. Aku dan temanku memilih kursi agak belakang, sudah jelas tujuannya yaitu agar bisa mengerjakan soal dengan leluasa.

Pohon rindang, langit cerah, angin sepoi seakan menyambut ketika aku baru saja keluar dari ruangan. Teman yang menjemputku sedari pagi sudah pulang lebih dulu karena harus menghadiri urusan keluarga.

Aku terus berjalan mencari teman-temanku yang lain. Dari sekian banyak orang yang berkumpul, banyak yang tidak aku kenal. Namun ada satu wanita yang mengalihkan pandangan dan membuat tatapanku tertahan.

"Danila," itulah kata pertama yang aku dengar dari mulutnya seraya memperkenalkan dirinya sambil menjabat tanganku. Dengan rambut pendek sebahu, tubuh mungil, kulit putih, dan senyumnya yang manis, tanpa permisi dia telah masuk ke dalam pikiranku.

Bandung, 21 Mei 2016

Diary Tanpa Koma [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang