"Terima kasih senja, meski singkat kau sungguh memesona."
Peralihan waktu menemaniku yang sedang terbuai lamunan. Hampir saja aku tersesat dalam ruang hampa sebuah renungan. Senja sudah mulai berganti malam ketika aku terlepas dari dekapan ilusi.
Dua sosok hadir dalam pikiranku, merasuk lalu mengganggu setiap pergerakanku. Kondisi ini menuntunku pada sebuah pilihan. Memilih salah satu, atau tidak dengan keduanya. Aku bukan pria yang bisa berbagi hati pada dua wanita.
Kemungkinan mendapatkan salah satu dari kedua sosok tersebut sangatlah kecil. Aku terbentur zona pertemanan pada sosok yang pertama, dan aku belum mengenal terlalu mendalam pada sosok yang kedua. Terlebih dia adalah mantan dari temanku sendiri.
Namun, harapan selalu terbuka untuk orang yang mau berusaha. Meski presentasinya kecil, tapi itu sudah cukup membuatku bisa bernapas lega.
Mungkin kemudian, hati akan menentukan pilihan. Tidak hari ini, tapi pasti akan terjadi. Bisa sangat cepat, atau kebalikannya sangat lambat. Tidak ada yang tahu kecuali waktu.
Hidup adalah sekumpulan misteri yang menunggu untuk dipecahkan. Dan aku adalah pemeran yang harus berada di dalamnya dengan dibekali dua rasa, yaitu rasa takut dan rasa cinta. Salah satunya akan lebih dominan, karena sangat sulit bila terjadi suatu keseimbangan.
Keyakinan timbul pada diriku, bahwa dalam menentukan pilihan jangan terlalu terburu-buru. Biarkan insting membawaku, karena perasaan tidak pernah salah hanya saja waktu yang kurang tepat.
Bandung, 22 Agustus 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomansaCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.