#44 TIBA WAKTUNYA

74 14 17
                                    

Pesan masuk:
"Boleh, tapi sepertinya aku datang agak terlambat."

Perjalananku akan menemukan jawabannya, setelah sekian lama terhadang oleh rintang sekarang keberanianku sudah semakin luas terbentang. Kutantang diriku sendiri untuk mengambil keputusan yang selama ini sulit dilakukan.

Sudah tiba waktunya mengutarakan rasa, sebelumnya ia hanya bersembunyi dibalik dusta. Konon, perbuatan nekat bisa membawa seseorang menuju tingkat yang lebih tinggi, atau malah berakibat fatal membuat seseorang jatuh ke dalam kubangan penuh nestapa. Kembali lagi bagaimana seseorang menyikapinya dan takdir menghinggapinya.

Aku sudah berada di tempat yang telah ditentukan, pertemuan kita tak lagi terelakkan. Duduk aku menunggu kehadiranmu sembari memperhatikan keadaan sekitar, terlihat semua orang tertawa lepas dipenuhi kebahagiaan, mungkin hanya aku yang merasa sepi di tengah-tengah keramaian.

Bosan mulai melanda tubuhku yang masih terdiam dalam renungan, takut mulai melanda pikiran yang masih melayang dalam lamunan. Indikasi kedatanganmu belum juga terlihat, tujuan utamaku sedikit terhambat. Khawatir semakin menyelimutiku dengan amat sangat.

Datang juga, akhirnya kau datang dikala aku berniat untuk pulang, rasa senang bercampur baur dengan tegang. Segera kau duduk tepat di sebelahku dan menjelaskan alasan keterlambatanmu. Tak peduli dengan hal itu, yang terpenting kau sudah ada dihadapanku. Memang ini yang aku mau dan aku tunggu.

Terdiamku cukup lama, kami sama-sama terdiam tak saling memperhatikan. Aku dan Danila terlalu sibuk merangkai alas kata dengan maksud sebagai pencair suasana. Jujur aku bingung harus memulai dari mana ketika inspirasi terhambat dalam membuat prakata.

Inisiatif muncul pada dirimu, kau berpura-pura polos menanyakan tujuanku mengajaknya bertemu. Aku yakin kau sudah mengetahui maksudku, kau bukan manusia yang baru lahir kemarin sehingga tidak tahu gelagat pria ketika ingin mengutarakan isi hati. Apa mungkin semua wanita akan bersikap begitu?

Segera aku berkata jujur tentang apa yang kurasakan selama ini.

"Danila, pertama kali aku melihatmu, ada rasa tertarik yang tidak bisa aku jelaskan. Terlebih semenjak kita menjadi dekat, ada rasa yang semakin tumbuh dalam diriku, ada rasa tidak terima bila aku dan dirimu hanya sebatas teman. Aku tidak mau menjadikanmu hanya sebagai kekasih, aku mau kau menjadi pendamping hati. Bukan saatnya lagi aku bermain-main dengan perasaan, keseriusan sudah seharusnya aku lakukan. Maukah kau?"

Dirimu tersenyum setelah mendengar kejujuranku, namun keresahan hadir pada wajah manismu.

"Aku bingung, selama ini aku hanya menganggapmu sebagai teman. Tapi, mohon beri aku waktu untuk menjawab pertanyaanmu."

Bandung, 27 Maret 2017

Diary Tanpa Koma [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang