"Aku tidak kalah, aku hanya sengaja untuk mengalah."
Cinta itu aku, kamu, dan menjadi kita. Bila hanya aku, semua itu akan berakhir sia-sia. Dan bila hanya kamu, itu akan menyebabkan sebuah luka. Karena kau tahu hampir semua pria dilahirkan tidak untuk peka.
Sejauh ini aku menyadari bahwa berjuang sendiri itu sakit. Aku pun menyadari bila memendam rasa ternyata sangat sulit. Bergerak secara frontal bukan solusi terbaik, meski aku bingung cara apalagi yang harus ditempuh agar kau tertarik. Sudah menjadi kodrat manusia bila keberadaannya ingin diakui.
Sejujurnya aku ingin berterus terang bahwa aku benar-benar sayang. Tapi aku tak akan pernah bisa bilang, bisa-bisa kekasihmu nanti meradang.
Pengalaman mengajariku untuk tidak kembali mendekati wanita yang sudah berpasangan. Hanya menjadi pelarian, itulah yang akan aku rasakan. Meski sebuah rasa terhadap wanita mungilku sudah tertanam, aku memilih menyayangimu dalam diam.
Sebuah rasa terkadang harus disampaikan secara semu. Hanya aku dan Tuhan yang boleh tahu. Dengan kening dan bumi yang saling beradu. Doaku selalu menyertaimu dalam setiap sujudku.
Salam dariku teruntuk kekasihmu yang tak lain adalah temanku. Katakan padanya aku berhenti mengharapkanmu. Mau tak mau aku memang harus melakukan itu.
Hanya untaian doa yang akan selalu aku kirimkan untukmu. Doaku akan selalu mendampingi setiap langkahmu. Menjaga ketika beban hidup terlalu berat menyerangmu. Menuntunmu menemukan jalan tanpa liku. Melindungi ketika dunia mencacimu. Menopangmu ketika kau menemukan sebuah jalan buntu.
"Doaku akan terus bersamamu, meski ragaku memilih berlalu."
Bandung, 30 Juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomansaCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.