"Kamu itu berbakat, bakat kamu cantik."
Maaf bila terkadang aku masih memikirkan, diriku sedang dalam tahap proses mengikhlaskan. Maaf bila aku masih belum terbiasa, hanya waktu yang akan menjawab semua.
Hirau dan acuh tumbuh secara alami bila berurusan dengan wanita mungilku. Tidak ada tempat untuk apatis dalam setiap rongga tubuhku. Darimu aku belajar untuk mencintai tanpa mengharap kembali.
Hanya sebuah ucapan terima kasih yang bisa aku beri. Denganmu aku telah jatuh hati. Denganmu aku sadar bahwa semua yang aku inginkan tak bisa dimiliki.
Memang aku dipaksa menyerah, keadaan sudah tak lagi berpihak. Semoga secepatnya aku mendapat kalimat baru untuk menghapus jejak yang ditinggalkan olehmu.
Berteman dengan kesendirian sudah menjadi santapan sehari-hari. Bercengkrama dengan kesepian menjadi sarapan pagi ini. Jujur aku sudah kenyang dengan semua menu yang tersedia di atas meja perasaan.
Pendamping, mungkin itu yang aku butuhkan untuk melepas dahaga. Sosok seseorang yang bisa berbagi rasa dan cerita. Namun tidak semudah itu mendapatkannya. Sifat pemilihku yang selalu menjadi kendala.
Entah bagus atau tidak aku hidup dengan sifat terlalu pemilih. Mungkin bagus karena aku bisa mendapatkan yang terbaik, tetapi aku sadar bahwa siapalah diriku yang menuntut orang lain untuk sempurna.
Sekalinya aku menemukan yang cocok, pergerakanku terlalu lambat dan kalah cepat. Ketika untuk kedua kali mencoba peruntungan, sang wanita mempunyai pasangan dan sudah cukup lama berhubungan.
Kesabaranku memang diuji dengan kesendirian. Kesadaranku terus diliputi dengan khayalan. Kelemahanku ditemani oleh penantian. Dan kekuatanku disisipkan untuk sebuah perjalanan.
Bandung, 3 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomansaCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.