"Besok bukan lagi hari ini, begitu pula hari ini belum menjadi besok."
Berkencan dengan kesendirian kupilih untuk menghabiskan pergantian tahun. Di saat kebanyakan orang berpesta, aku lebih tertarik bercengkrama dengan sepi. Mungkin lebih tepatnya aku ingin merefleksi diri, merenungkan apa-apa saja yang sudah kulalui. Aku memang bukan tipikal orang yang harus merayakan datangnya tahun baru, karena menurutku dirayakan atau tidak, proses pergantian waktu selalu terjadi setiap detiknya.
Kamar menjadi tempatku berterima kasih kepada Tuhan yang telah menghadirkan suvenir indah. Suvenir berbentuk sosok wanita bertubuh mungil dan bila tersenyum selalu saja sukses membuatku gelagapan, mereduksi kegelapan lalu menggiringku pada kedamaian. Perlahan, aku lebih banyak mensyukuri setiap kejadian dalam hidup yang memang sudah digariskan.
Esok hari akan berganti, namun tidak dengan harapan. Harapan selalu sama, harapan selalu setia, mungkin cara menggapainya yang akan berbeda.
Malam terakhir di tahun ini akan menjadi saksi bahwa aku akan berterus terang dengan semua yang masih terpendam, mungkin secara perlahan akan kuperlihatkan perasaan padamu. Apa pun reaksimu, aku tidak peduli, setidaknya sudah kutanggalkan rasa takut dengan segenap-genapnya.
Terdengar suara kembang api membelah malam memecah keheningan. Pekatnya langit berubah meriah dengan hadirnya warna-warni begitu indah. Sendiriku tersenyum memejamkan mata merasakan pelukan cakrawala.
Planet ini kembali bertambah usia, semakin tua bumi ini semakin tak terurus. Penghunimu tak lagi peduli akan tempat tinggalnya sendiri, penghunimu lebih memikirkan diri sendiri. Miris, itulah sebab aku tak mau berpesta dikala bumi teraniaya.
Bandung, 31 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomanceCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.