#3 SEBUAH KABAR

1.2K 300 305
                                    

"Seratus enam puluh delapan jam atau satu minggu berlalu. Masih teringat senyum di wajahmu. Sangat manis dan membuatku terpaku."

Bandung terlihat murung sore ini, langit seakan gelap dan awan putih pun perlahan berubah menjadi kehitaman. Entah kenapa Bandung begitu kelabu, mungkin ia tahu ada warganya yang sedang menahan rindu.

Cahaya lampu mulai menerangi sudut-sudut kota Bandung menggantikan tugas mentari yang perlahan mulai menghilang ditelan bumi. Kegelapan mulai berbaur, seakan menemaniku menunggu temanku yang sedang menghidupkan motor miliknya. Kami berdua memang berencana berkeliling untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda.

Adalah Vespa silver yang membawa kami meluncur menuju jalanan ibu kota Jawa Barat. Suara mesin dan klakson menyambut ketika kami ikut masuk ke dalam arus kendaraan yang sudah memenuhi jalanan sedari tadi. Dengan kecepatan stabil, kami membelah kegelapan Bandung bersama angin malam yang terus berhembus menerpa wajah dan kulit tubuhku.

Jalan Purnawarman menjadi tempat persinggahan kami. Temanku memang memintaku menemaninya melihat-lihat kamera disana. Segera kami melangkahkan kaki menuju lift yang sudah terbuka seperti sudah siap untuk melahap dan membawa kami ke tempat yang ingin dituju.

Tak butuh waktu lama, kami sepakat untuk menyudahi petualangan dalam mencari kamera. Hanya melihat-lihat harga dan spesifikasi itulah tujuan utama kami. Sambil kembali berjalan menuju basement, ponselku yang berada di dalam tas terus berbunyi. Terdengar suara notifikasi, namun aku memilih membukanya nanti.

"Akhirnya sampai juga," seru temanku sambil memarkirkan motor Vespanya. Kami memang bergegas pulang setelah semua urusan selesai. Tetiba teringat pada sebuah notifikasi yang menghiasi, aku pun segera mengambil ponsel dari dalam tas dan melihat apa yang dari tadi membuatnya berbunyi. Temanku sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah, sedangkan aku masih berada di luar sibuk memperhatikan layar.

Bulan sudah memperlihatkan dirinya malam ini. Tanpa adanya bintang, ia tampak sangat kesepian. Suasana hening meliputi keadaan sekitar, mungkin orang-orang lebih memilih menghabiskan waktu dengan beristirahat.

Grup chat, itulah sebab mengapa ponselku selalu berbunyi. Sudah ada ratusan pesan di sana yang belum aku buka. Dengan cepat jempolku mengetuk layar ponsel dan membuka grup tersebut. Mataku tak berkedip dan terkonsentrasi pada satu kalimat sehingga tidak mempedulikan obrolan lain yang sudah memenuhi.

"Aku sudah jadian sama Danila."

Kalimat itu telah merobohkan dinding kebahagiaan dalam diriku. Wanita mungil yang aku kagumi sudah memutuskan berkomitmen dengan temanku sendiri. Memang aku yang salah karena tidak berani melangkah. Tidak ada yang salah dengan hubungan mereka berdua, semoga kau bahagia bersamanya.

Sebuah kabar yang sangat indah sampai-sampai membuat hatiku gerah. Selamat atas hubungan barumu wahai wanita mungilku.


Bandung, 28 Mei 2016

Diary Tanpa Koma [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang