"Sebuah kesalahan melepaskanmu, namun akan lebih salah bila terus mengharapkanmu."
Aku bangun pagi sekali hari ini, bahkan sang surya pun sepertinya masih tertidur pulas. Entah mengapa mataku enggan untuk menutup terlalu lama, meski raga sebenarnya ingin kembali bertemu mimpi.
Langit-langit menjadi pemandangan yang aku nikmati ketika rasa kantuk sudah tak lagi melanda. Aku pun berbaring cukup lama, berusaha mengembalikan kesadaran sepenuhnya. Suara televisi yang lupa aku matikan seakan terus berupaya membuatku tetap berdaya.
Hawa dingin merasuki tubuh saat kakiku berpijak pada lantai. Aku langkahkan kaki dengan sedikit goyah menuju kamar mandi. Mencuci muka adalah kegiatan yang selalu dilakukan ketika aku baru saja kembali terjaga.
Terlihat nuansa gelap masih mendominasi di luar jendela. Angin berhembus malu-malu, dan rintik hujan turun secara perlahan. Semesta bekerja sesuai dengan rencana.
Sepi menjadi tema dialog dini hari antara aku dan hati. Tak ada sedikit pun suara, hanya sebuah percakapan tanpa kata-kata.
Akhirnya waktu menggiringku pada kenyataan. Di belakang tersisa kenangan, sedangkan di depan sudah tersedia cerita baru. Kuharap kali ini perjalananku diliputi kebahagiaan.
Cahaya pagi mulai menampakkan diri, mentari siap beraktivitas kembali. Keheningan tergerus oleh kicauan burung yang menyapa dunia, dan embun sudah kembali bertemu sang daun.
Akhirnya pagi tiba juga, aku masih saja berteduh dalam sepi dan berkutat dalam kesendirian. Sebuah doa mengharap hari ini akan baik-baik saja semenjak aku memutuskan untuk tidak mengharapkan wanita mungilku.
"Semoga aku segera menemukan seseorang yang dapat menuntunku keluar dari kesepian."
Bandung, 13 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomanceCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.