"Aku adalah aku yang belum menemukan kamu."
Prakata kutuliskan dalam sebuah lembar kehidupan, perjalanan kembali aku mulai dari awal. Setelah berkali-kali disakiti, tepat hari ini aku harus bangkit kembali. Wahai aku semangat ya!
Jenuh selalu hadir menemani kesendirian. Kalau saja aku mampu, akan kupanggil sang perantara untuk membawakanku secangkir keramaian. Dan setelah itu akan kubungkus rasa jenuh menjadi sebuah kebahagiaan.
Ponsel menjadi satu-satunya media adiktif sebagai penghilang penat, meski tak ada satupun pesan masuk menghampiri. Melihat-lihat kontak yang ada menjadi rutinitas tersendiri bagiku.
Percobaan segera dimulai. Aku mengacak kontak dan mengirim pesan pada beberapa nama yang tertera. Ucapan basa-basi merupakan sapaan sederhana yang aku rangkai demikian rupa. Mendapat tanggapan dengan baik itulah tujuannya.
Butuh waktu cukup lama sampai beberapa notifikasi masuk hampir bersama-sama. Ada yang hanya dibaca, balik bertanya, dan menjawab sekadarnya. Kubalas pesan dari mereka dengan segera. Bosan ketika hanya aku yang bertanya layaknya wawancara, malas ketika wanita terlalu agresif menanggapinya, bingung ketika bahan obrolan sudah habis dan berakhir dengan kalimat "lagi apa?"
Dari sekian wanita, ada satu yang masuk ke dalam kriteria. Sebenarnya sejak awal tahun aku sudah mengenalnya, namun baru kali ini kita bertukar cerita.
Berdasarkan pengalaman, aku tidak mau terlalu cepat terbawa perasaan hingga kembali jatuh ke jurang pesakitan.
Bandung, 18 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
РомантикаCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.