"Berteman dengan masa lalu merupakan proses pendewasaan."
Sebuah langkah kuambil untuk melengkapi cerita yang sempat tertunda. Episode yang hilang kini sudah kembali tayang. Aku tidak tahu apakah keputusanku tepat atau tidak, hingga waktu datang membawa sebuah jawaban.
Aku bisa melupakan rasa sakit dijadikan ajang pelarian, namun melepaskan wanita mungilku dari ingatan tidak semudah yang dibayangkan. Proses sedang berjalan, semoga dengan segera aku bisa mengikhlaskan.
Kita belum sempat mengukir kenangan, tapi melihatmu sudah menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Perjumpaan yang sederhana telah mempertemukan kita berdua meski tak saling menyapa.
Hari berikutnya aku melihatmu berkeliaran di dunia maya. Aku pun terdiam cukup lama menatapmu di layar ponsel. Berulang-ulang kuperhatikan wajahmu yang terpampang di linimasa. Sungguh, padamu aku menyimpan rasa.
Terkadang timbul delusi ingin memiliki, namun Tuhan menitipkan logika agar aku bisa menjaga diri. Sekarang yang terpenting adalah sebuah keputusan yang harus aku ambil.
Namamu akan kusimpan dalam ruang bernama kenangan, sudah kusiapkan tempat untukmu di sana. Akan aku biarkan kau bersemayam dalam diam, hingga akhirnya kau akan menghilang atau malah tumbuh semakin membesar.
Saat ini mengalah adalah satu-satunya jalan. Karena bila memang berjodoh kita akan dipersatukan, dan sejauh apa pun kau pergi sebuah jalan disediakan untuk kembali.
Elegi patah hati sudah seharusnya tidak bersuara kembali. Aku akan bergerak maju meski dengan atau tanpa kehadiranmu. Seharusnya kulakukan ini semenjak kau memilih berjalan bersamanya.
"Wahai wanita mungilku, aku pamit meski belum sempat untuk berkunjung."
Bandung, 12 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Tanpa Koma [SELESAI]
RomansaCover by @eviFhe Mungkin di kemudian hari aku akan singgah di rumahmu dan berdiskusi dengan ayahmu membicarakan masa depan kita.