Pricilla segera mengakhiri pertemuannya dengan Fero, lelaki yang saat ini dia benci, setelah mendapat pesan dari Gery, yang mengutarakan bahwa Michelle harus dibawa ke rumah sakit saat ini juga.
'Sayang, kamu dimana? Kamu pulang bisa? Sekarang juga Michelle harus kita bawa ke rumah sakit sayang. Tapi, jika kamu memang sibuk, kamu nggak perlu ikut.'
Begitulah isi pesan dari Gery, ini sedikit membuat Pricilla khawatir, ada apa dengan Michelle saat ini? Mengapa harus dilarikan di rumah sakit? Separah apa penyakitnya? Sedari tadi pikirannya tidak pernah berhenti berpikir, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Tentang pertemuannya kembali dengan Fero setelah berbulan-bulan tidak bertemu, juga tentang dirinya yang sampai saat ini belum memaafkan Gery dan juga masalah yang terjadi pada Michelle saat ini.
"Pak, lebih cepat sedikit ya!" mohon Pricilla dengan sopir taksi yang saat ini sedang mengantar arah tujuannya.
Dua puluh menit perjalanan, sampai juga Pricilla di tempat tujuannya. Pricilla segera turun menemui Gery, langkahnya buru-buru, tidak bisa tenang.
"Ger? Kamu dimana sih?"
Pricilla telah memasuki rumah kekasihnya, terbuka lebar, namun nihil! Kosong tanpa penghuni.
"Maafin aku sayang, maaf kalau udah kasar sama kamu."
Tubuhnya menegang seketika, pelukan Gery membuatnya reflek. Rupanya ini hanyalah akal-akalan kekasihnya untuk mengucapkan maaf yang kedua kali, setelah malam tadi Pricilla masih belum memaafkannya. Jujur, Pricilla kesal, sangat kesal.
"Ck. Lepasin, nggak lucu banget lo! Norak! Kenapa alasannya harus kayak gitu? Kalau memang mau minta maaf, ya ngomong langsung, nggak usah pakai cara kayak gini! Lo pikir gue seneng apa? Dan apa lo pikir gue langsung bakal maafin lo?! Ha?!" suara Pricilla meninggi, memang saat ini menunjukkan bahwa dirinya kesal sekaligus tidak senang, bagi Pricilla ini bukan lelucon, jika Michelle benar-benar harus dibawa ke rumah sakit gimana? Sekali lagi, Pricilla tidak senang, dia kesal juga, dikarenakan moodnya yang memang sudah tidak baik sejak bersama Fero tadi. Bahkan nggak peduli Gery itu kekasihnya.
Gery menghela napas, dia berpikir bahwa segala usaha yang dia lakukan untuk membuat Pricill kembali baik padanya selalu gagal. Lelah? Tentu, tapi Gery tidak pernah menyerah untuk mudah.
"Oke Pric, memang itu adalah alasan yang konyol, sangat konyol. Tapi itu semua untuk kamu, aku nggak tau lagi harus minta maaf sama kamu pakai cara apa." jelas Gery yang mulai terbawa suasana.
Beruntungnya, Michelle sedang tidak ada di rumah saat ini, jadi Gery dan Pricilla akan bebas menyelesaikan masalahnya tanpa gangguan Michelle.
"Ck. Gue udah maafin lo sejak tadi malam lo minta maaf sama gue, puas kan sekarang? Sekali lagi cukup gue bilang! Jangan pernah pakai alasan yang nggak bermutu kayak gitu, gue nggak suka." tegas Pricilla menatap tajam mata kekasihnya.
Wajah Gery kembali sumrigah, dengan cepat dia kembali memeluk erat tubuh kekasihnya. Pricilla sedikit refleks, namun sudah biasa.
"Serius kan Pric? Makasih Pric, makasih. Aku sayang sama kamu, banget. Jangan ngambekan lagi ya." ujar Gery di tengah-tengah aktivitasnya yang sedang memeluk erat tubuh kekasihnya, tanganya tidak berhenti mengelus rambut Pricilla dengan lembut.
"Iya ko, udah donk, erat banget ih." omel Pricilla dengan kesusahan karena begitu eratnya pelukan Gery untuk dirinya.
Gery melepas pelukannya, menatap manik mata Pricilla dengan tajam. Gery tidak berhenti-hentinya tersenyum sumrigah menatap Pricilla.
Cup.
Tanda kasih sayang untuk Pricilla.
"Kamu tau nggak sih? Kalau kamu nggak ngirim aku pesan soal Michelle harus dibawa ke rumah sakit, aku nggak akan pernah datang. Nyebelin tau nggak sih kamu!" omel Pricilla kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Loyal
Teen FictionIni hanya sebuah kisah antara dua manusia yang telah berpisah dan kembali lagi untuk menjalin sebuah hubungan. Namun, takdir memang tidak pernah bisa di lawan, Tuhan kembali memperpisahkan mereka. Hanya ada satu alasan mengapa Tuhan tidak membiar...