tujuh belas: Kebahagiaan

151 10 0
                                    

    "Soal itu, itu hanya kesalahan gue di masa lalu. Juga dengan Putra, dia hanya malapetaka yang sedang mampir di kehidupan gue."

   Ada rasa kecewa saat Pricilla mengatakan bahwa hubungan Pricilla dengan Fero adalah kesalahan di masa lalunya. Namun, ada rasa iba juga yang terlintas di Fero, jika dibayangkan bagaimana sakitnya Gery saat di tinggal dengan orang yang kita cintai.

   Bukannya Fero belum bisa melupakan Pricilla, tapi---- sampai saat ini rasanya masih sama saat ia bersama-sama dengan Pricilla seperti dulu, yaitu besarnya rasa sayang Fero dengan Pricilla.

   "Jadi, apa lo akan meninggalkan Putra dan tetap bersama Gery, atau sebaliknya? Lo akan tetap bersama Putra dan meninggalkan Gery?" tanya Fero sedikit melirik ke arah Pricilla, lalu fokus kembali ke jalanan.

   "Tanpa gue kasih tau jawabannya lo akan tau kan Ro?" Pricilla justru balik bertanya, karena ia rasa pertanyaan Fero sangat tidak masuk akal.

   "Lo akan meninggalkan Gery bukan?"

   Tubuh Pricilla menegang, matanya menatap tajam ke arah Fero yang sedang fokus menyetir. Apa-apaan Fero ini? Ini sangat merendahkan Pricilla, apa maksudnya Fero berbicara seperti itu ke Pricilla?

   "Lo kenapa sih Ro? Maksud lo ngomong kek gitu apaan?!" suara Pricilla meninggi, saat ini ia sudah terbawa emosi.

   "Gue bener kan? Lo akan meninggalkan Gery, kalau lo akan tetap bersama Gery, seharusnya lo udah putus hubungan dengan Putra! Nggak peduli hubungan kalian itu apaan, meskipun sekedar cuma berteman, lo akan tetap berhenti berhubungan dengan dia, karena lo tau kalau lo udah mempunyai seseorang yang lebih penting di hidup lo, Dan itu pasti dia akan melakukan segala cara untuk memiliki lo!"

   Kali ini Fero terlihat sangat tegas. Kalau dulu ia berperilaku sangat lembut dengan Pricilla, kini ia harus berperilaku lebih tegas.

   "Oke, terserah lo mau ngomong apa Ro, yang jelas gue nggak akan pergi dari Gery." ucap Pricilla mantap.

   Fero menghela napasnya kasar. Sekalipun Pricilla berbicara mantap seperti sekarang ini, dalam hatinya ada sedikit hal yang mengganjal. Ada sesuatu yang mengatakan ke ia, bahwa Pricilla akan melanggar sendiri ucapannya.

   "Thanks karena hari ini udah selamatin gue dari Putra, terima kasih juga karena udah anterin gue pulang, gue permisi."

   Pricilla berlalu, setelah mobil Fero berhasil mengantar Pricilla pulang dengan selamat. Pricilla ingin segera menghindar dari Fero, sebelum Fero mengatakan hal yang tidak Pricilla senangi.

   Sedangkan Fero, ia masih diam mematung dalam mobilnya. Sungguh, ia ingin mencegah Pricilla untuk pergi, namun Fero tau bahwa Pricilla memang sengaja tidak ingin berlama-lama dengan dirinya.

                                  ***

   Hari cepat berganti, perasaan Putra yang ia miliki untuk Pricilla semakin bertambah besar. Meski Putra tau, bahwa Pricilla membencinya, Putra tidak akan tinggal diam.

   "Lo kenapa sih ko? Beberapa hari ini bengong mulu, galau?"

   Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir tipis Samanta, saat ia berhasil mengamati kakaknya yang belakangan ini tampak stress.

   "Nggak apa-apa, mending lo mandi deh, keburu Pricilla dateng." ujar Putra yang tengah fokus ke ponselnya.

   Samanta sangat paham, ia tidak mau ambil pusing. Dengan cepat, Samanta segera pergi meninggalkan Putra dan bersiap menunggu kehadiran Pricilla.

   'Pric, hari ini lo ngajar kan?'

   Putra tidak paham, mengapa dengan tiba-tiba pesan itu sudah terkirim untuk Pricilla? Mengapa jemarinya begitu semangat untuk mengetikkan pesan itu dan mengirimnya ke Pricilla?

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang