sepuluh: Pertemuan Pertama

176 9 0
                                    

Tingkah Michelle dan Indra kembali seperti anak kecil. Mereka berdua kembali mengganggu Gery di kala rindunya yang tengah membendung untuk bertemu Pricilla.

"Kalian keluar sana, Lingga bentar lagi dateng, percaya deh sama aku."

"Bilang aja kalau mau ngusir." balas Michelle dengan wajah sok cool-nya.

Ya memang benar, Gery ingin sih mengusir Michelle juga Indra, tapi juga tidak enak kan kedengarannya. Saat ini, Gery tengah mencoba menghubungi Pricilla lewat video call yang sampai sekarang masih belum terjawab. Tentu Michelle dan Indra kepo, mereka berdua ingin melihat bagaimana kedua pasangan yang menurut mereka paling romantis ini melakukan panggilan lewat video call.

"Kangen banget ya ko? Sampai ngebet banget pengen video call-an." sahut Indra yang sejak tadi memang berpikiran seperti itu.

"Iya nih, biasanya aja kalau telpon cuma lewat panggilan biasa, sekarang lewat video call." Michelle ikut heran dengan Gery, memang tidak biasanya.

"Ya pengen aja lihat wajah dia, memang nggak boleh apa? Lagian Pricilla kan juga cantik, jadi wajar lah. Nah, kecuali kalau wajah Pricilla kek Lingga temen kalian, males banget aku video call-an sama dia." balas Gery yang sepertinya tidak bisa santai.

Michelle dan Indra kompak tertawa bersama, bahkan tawanya kali ini keras melebihi apapun. Gery menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, gagal paham dengan kedua manusia di hadapannya ini. Bagi Gery tidak ada yang bisa ditertawakan, tapi mengapa kedua orang aneh ini tertawa sampai terpingkal-pingkal?

"Anjir, ngakak gue." kata Michelle yang tawanya mulai reda.

"Ya kali, cece lo bandingin sama Lingga, ya jelas cantik cece kemana-mana lah. Lingga dikatain cantik, kiamat iya, anjir hahaha." Indra ikut bersuara, beda dengan Michelle, tawa Indra masih terus berlanjut.

Gery semakin tidak mengerti, apa ada yang salah dengan Lingga? Bahkan Lingga itu teman mereka loh, tapi mengapa mereka dengan jelas-jelas terlihat seperti merendahkan Lingga? Ya memang sih, Lingga itu bagi Gery tidak cantik, tapi----

"Lingga salah apa sama kalian? Sampai kalian berdua segitunya banget sama dia. Ah udah sana, keluar, Lingga dateng nanti."

"Ogah! Masih mau disini, Lingga kalau dateng kan juga panggil dulu." omel Indra yang masih tidak mau angkat kaki dari kamar Gery.

"Iya ko, kita kasihan sama kamu. Dari tadi kan telepon cece, tapi sama sekali belum di angkat, kan kasihan."

Baik, kali ini Michelle benar. Sudah dari tadi dan berulang kali untuk mencoba menghubungi Pricilla, tapi masih belum ada balasan satu pun dari Pricilla. Kemana Pricilla-nya? Mengapa susah sekali di hubungi?

"Duh ko, jangan baper, aku nggak bermaksud." kata Michelle cepat yang menyadari perubahan ekspresi wajah dari Gery.

"Tapi kamu bener, Pricilla kemana sih? Sumpah anjir banget." cibir Gery yang mulai kesal.

Baiklah, mungkin terdengar kasar. Tapi memang Gery kesal, bagaimana tidak kesal sih? Mencoba menghubungi kekasihnya tapi tidak satupun terjawab. Sungguh, Gery benar-benar tidak bisa tenang untuk saat ini.

"Duh, jangan emosi dulu ko."

Baik, keputusan Gery sudah bulat. Sekali lagi, jika masih belum ada jawaban Gery berjanji akan berhenti.

"Belum nyerah anjir." ucap Michelle yang melihat kegigihan kokonya.

Masih terus memanggil, berharap Pricilla menjawab. Nihil. Pricilla masih tidak menjawab.

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang