delapan belas: Prasangka buruk

133 10 0
                                    

   Hari ini adalah hari dimana Pricilla bebas dari masalahnya. Pasalnya, dosen yang mengajar kelas Pricilla hari ini berhalang untuk hadir. Ini adalah surga bagi Pricilla, ia bebas dapat santai sembari memainkan gadgetnya.

   "Free time nih, asik bingits. Yang di pojok itu senyam-senyum sendiri, kek monyet ya."

   Pricilla segera menoleh, saat suara Lauren begitu terdengar jelas di pendengarannya. Ngomong-ngomong, ucapan Lauren barusan seperti sedang menyindir dirinya.

   Pricilla di pojok, sedang memainkan ponsel dan juga sedang senyam-senyum sendiri. Bahkan, sekilas Lauren menatap ke arah Pricilla, dan ini semakin membuat Pricilla yakin bahwa Lauren tengah menyindir dirinya.

   "Itu yang di tengah kok iri ya?" balas Pricilla tidak kalah sengit dari Lauren.

   Lauren melotot ke arah Pricilla, meskipun itu hanya candaan tetapi berhasil membuat Lauren jadi terkecoh.

   "Iya Pric, iya." tutur Lauren dengan wajah yang datar.

   Pricilla menggelengkan kepalanya heran, ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Jemarinya mulai mengetikkan pesan balasan untuk Gery.

   'Nakal banget sih? Ada dosen dan lo dengan beraninya bisa balas chat gue? Keren, sumpah.'

   Kalau bagi Gery itu nggak penting, sangat nggak penting. Mau ada dosen-nya sekalipun, Pricilla lebih penting dari dosen-nya. Jadi, ya Gery sempatkan untuk membalas pesan dari Pricilla.

   'Kalau bukan kamu yang chat, nggak akan pernah aku bales.'

   Pricilla kembali tersenyum, padahal cuma pesan sederhana saja, tapi Gery berhasil membuat Pricilla tersenyum dengan bahagia.

   "Dih, makin gila ya Pricilla, senyam-senyum kek monyet." tutur Lauren yang semakin risih sendiri melihat Pricilla yang menurut dia terlalu lebay.

   "Bacot banget, jangan iri ah, malu." balas Pricilla dengan santai, karena bagi ia ini hanya sebuah candaan dari sahabatnya.

   Lauren memasang wajah kesalnya, kesal karena Pricilla ini masih bisanya fokus ke ponselnya padahal Lauren sudah menggoda Pricilla beberapa kali. Jadi, ceritanya ini Lauren sedang mengharapkan Pricilla untuk bergabung dengan dirinya, Ify dan juga Febby.

                                  ***

   "Putra!"

   Suara Pricilla terdengar jelas memasuki telinga Putra. Putra juga yakin bahwa orang yang tengah memanggil namanya dengan suara yang kencang itu adalah Pricilla.

   Lagian, juga terdengar jelas kalau si pemilik suara itu adalah Pricilla. Putra juga benar, itu memang Pricilla, setelah Putra memutar langkahnya dan menatap Pricilla.

   "Hei Pric, tumben panggil gue, kenapa? Kangen ya?" 

   Putra sangat pede dan itu membuat Pricilla menjadi risih. Pasalnya, Pricilla ini tidak sama sekali kangen dengan Putra, bahkan kalau bukan karena ada yang ingin Pricilla bicarakan ke Putra, Pricilla tidak akan memanggil nama Putra.

   "Gue tau hari ini gue ngajar Samanta, tapi gue harus bicarain ini ke lo." tutur Pricilla dengan tampang yang benar-benar serius.

   Putra mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan maksud ucapan Pricilla. Langkahnya perlahan mendekat ke Pricilla, menatap Pricilla dengan dalam.

   "Penting ya Pric? Kok wajah lo----" Putra sengaja menggantungkan ucapannya.

   Pricilla menghela napasnya gusar, itu tandanya ia kesal dengan orang yang berada dihadapannya saat ini.

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang