enam: Pengganggu

225 11 0
                                    

"Jadi gitu ya ce? Cece Pric kalau ngamuk serem banget sumpah, tadi aku gemetaran lihatnya."

Oke, ini memang sebenarnya tidak baik, membicarakan orang lain di belakang orang tersebut. Sama seperti yang dilakukan Michelle bersama ketiga teman Pricilla saat ini. Samar-samar Pricilla dapat mendengarnya, Pricilla mengakui bahwa memang dirinya sudah marah, pasti emosinya akan benar-benar membeludak.

"Parah kan Pricilla? Makannya, jangan macam-macam lo sama dia." ucap Via mencoba memperingatkan Michelle.

"Tetap nggak takut ah, itu kan cece marah gara-gara koko, dia cemburu karena koko stalkingin cewek lain. Lagian itu memang salah koko kan? Ngapain coba stalkingin orang lain." kata Michelle yang mendukung Pricilla, bahwa memang Gery-lah yang salah.

Pricilla mendengar pembicaraan mereka ber-empar, dadanya kembali sesak jika mengingat Gery sedang asik stalkingin orang lain. Rasanya, dirinya ingin kembali marah seperti tadi. Pricilla tau bahwa dirinya keterlaluan, berlebihan, tapi dirinya benar-benar cemburu dengan hal itu.

"Hayo! Ngobrolin apaan?"

"Anjir Indra! Setan banget, nggak panggil dulu apa gimana kek, main masuk aja." kata Michelle masih terkejut karena kedatangan Indra yang tiba-tiba.

Satu tujuan Indra kemari, dirinya mendengar pertengkaran hebat antara Pricilla dengan Gery, lebih tepatnya adalah amukan Pricilla yang di luar batas. Sebenarnya sudah sejak tadi Indra ingin kemari, namun dirinya takut akan semakin memperkeruh suasana.

"Kan udah biasa Chelle." Indra mengambil posisi duduk di sebelah Via, yang menghadap Michelle, Ify juga Febby.

"Ngapain kesini bro? Udah lama nggak ketemu." kata Via dengan logat sok cool-nya, mengamati Indra yang balik mengamati Via.

"Anjir, seneng banget, akhirnya ketemu cece-cece yang lain."

Indra memeluk Via yang berada tepat di sampingnya, dirinya memang rindu kan dengan mereka bertiga? Maka dari itu, tempo hari yang lalu, Indra meminta Pricilla untuk membawa ketiga temannya ke rumah Michelle, dan hari ini Indra melepas rindunya.

"Anjing. Lepasin, sesek gue, bukan muhrim." oceh Via berusaha melepaskan Indra yang terlihat lebay saat ini.

Indra melepaskan pelukannya, lalu dirinya ingat tujuan awal kemari, ingin mengetahui masalah apa yang terjadi antara Gery dan Pricilla.

"Eh, mau tanya donk. Sedikit kepo nggak apa-apa lah ya. Tadi aku denger cece ngamuk, benar nggak sih?" tanya Indra mulai memperlihatkan wajah seriusnya.

Pricilla masih diam mematung di tempatnya, memang dirinya sengaja diam disana, karena dirinya ingin mendengar percakapan ke-lima orang yang membicarakan dirinya juga Gery. Indra menatap ke-empat orang yang bersamanya saat ini, ke-empatnya diam, tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Elah. Pada diem ae, kenapa? Kepo nih, kan lagian keponya nggak banyak, cuma sedikit." ujar Indra memanyunkan bibirnya.

"Itu mah nggak sedikit anjir! Banyak itu. Eh, ceritain?" Febby hendak menceritakan, namun dirinya lebih berhati-hati dahulu.

"Ya udah ceritain aja, udah terlanjur denger juga kan dia." kata Ify menatap Febby.

Febby menganggukan kepala. Alih-alih dia mulai menceritakan semua.

"Anjir!!! Jadi gara-gara itu? Cece cemburuan banget donk? Wah parah! Entar kalau ada ce Sherly sama Silvi gimana? Marah lagi donk." Indra mulai heboh, saat Feby telah selesai menceritakan semuanya.

"Sttt. Pelan-pelan tai. Mereka berdua di rumah, yang satu di kamar dan yang satu lagi mandi, kecilin suara lo." Via mencoba memperingatkan Indra yang sejak tadi heboh.

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang