Gery baru saja keluar dari kelasnya, saat ini adalah waktunya untuk pulang. Bersiap-siap untuk berkumpul bersama teman-temannya.
"Jangan lupa oi! Tempat biasa."
Suara Joshua berhasil membuat Gery menoleh ke arahnya, mengingatkan Gery tentang malam ini kegiatan mereka.
"Yoi, aku duluan. Bye." ucap Gery berlalu pergi meninggalkan Joshua menuju parkiran.
Gery sudah berada di rumah. Duduk santai sambil menikmati segelas kopinya. Ada yang sedikit aneh bagi dia saat ini, Pricilla. Dimana kekasihnya? Michelle mengatakan, bahwa sejak tadi Pricilla belum juga kembali. Saat ini dirinya mencoba untuk tidak khawatir, mencoba juga untuk tidak berpikiran negative. Mungkin saja Pricilla sedang ada tugas tambahan.
"Ko, yang mandi aku atau koko duluan?" tanya Michelle yang berhasil membuat dirinya kembali sadar dari lamunannya.
"Eh. Aku aja dulu, sebentar doank."
Gery lebih memilih mandi daripada harus pusing memikirkan kekasihnya yang saat ini berada dimana dia juga tidak tau.
***
Jika bukan karena rasa pedulinya, Pricilla tidak akan pernah mau duduk diam menunggu kehadiran seorang Fero. Sebenarnya malas, sangat malas. Tapi karena Fero yang terus mengirim pesan ke ponsel Pricilla dan membuat Pricilla frustasi, jadi Pricilla putuskan untuk menemui lelaki itu kembali.
"Fero---- lo anjir banget, gue udah hampir lumutan disini, lo dimana sih!" geram Pricilla sendiri dengan suara kecil, takut jika orang di sekitarnya menganggap dirinya sakit jiwa.
Berulang kali Pricilla mengecek ponselnya, guna melihat jam juga sekaligus melihat apa ada pesan masuk dari Fero, namun nihil. Tidak ada satu pun pesan dari lelaki itu.
"Dua menit lagi Fer, dua menit lagi. Kalau lo nggak datang, gue pulang." ucap Pricilla kembali dengan suara kecilnya.
Terlihat seperti orang gila bukan? Berbicara sendiri dan menunggu hampir lebih dari satu jam. Yak! Waktu yang Pricilla berikan telah usai, dua menit cukup bagi Pricilla. Pricilla segera bangkit dari duduknya, meninggalkan cafe dan secepat mungkin pulang ke rumah kekasihnya.
"Tunggu---- lo," ucap seseorang yang berhasil memberhentikan langkah Pricilla.
Pricilla menatap lelaki di hadapannya saat ini, mengamatinya dari ujung bawah sampai ujung atas. Sedikit berandal, tapi Pricilla yakin dia adalah laki-laki yang baik.
"Lepas. Lo siapa sih?" tanya Pricilla seraya melepaskan tangan lelaki itu yang sedang menggenggam tangan Pricilla.
Napasnya tersenggal-senggal, bulir keringat mengalir deras dari pelipis lelaki itu. Sampai akhirnya, dia menghela napas panjang guna siap berbicara dengan Pricilla.
"Oh, maaf. Kenalin, gue Ricardo Putra. Lo bisa panggil gue Putra, gue ada keperluan sama lo." ucap lelaki itu yang ternyata namanya adalah Putra.
Pricilla tidak mengerti, siapa lelaki bernama Putra ini. Ada keperluan apa dengan Pricilla? Bahkan Pricilla tidak mengenali Putra, tapi mengapa Putra mengenal dia? Sungguh, Pricilla tidak mengerti.
"Terus? Lo ada keperluan apa sama gue?" tanya Pricilla menatap heran Putra.
"Ngobrolnya jangan disini bisa kan? Dimana gitu?"
Pricilla menghela napasnya, dia benar-benar lelah untuk saat ini. Andai saja dirinya bisa menolak, sudah pasti akan dia tolak. Tapi, karena rasa sopannya dengan Putra mengurungi niatnya untuk tidak menolak Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Loyal
Teen FictionIni hanya sebuah kisah antara dua manusia yang telah berpisah dan kembali lagi untuk menjalin sebuah hubungan. Namun, takdir memang tidak pernah bisa di lawan, Tuhan kembali memperpisahkan mereka. Hanya ada satu alasan mengapa Tuhan tidak membiar...