sembilan: Rindu

204 8 0
                                    

   Pricilla baru saja sampai rumahnya, dia merebahkan diri diranjang kamarnya, setelah cukup lama berjalan kaki dari rumah Putra menuju apartementnya.

   "Buset, main ambruk aja lo. Mandi sana, bau lo." oceh Febby saat mengetahui kepulangan Pricilla.

   "Berisik ah, capek anjir." balas Pricilla masih lelah.

   Dengan malas-malasan akhirnya Pricilla bangkit berdiri setelah berhasil dibujuk oleh Febby. Pricilla segera memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

   "Kok kelihatannya lo capek banget sih Pric? Kenapa?" tanya Ify yang ternyata peka dari yang lain.

   "Iya nih, gue juga nggak tau kenapa." ucap Pricilla yang telah kembali merebahkan diri di ranjang. Pricilla juga sama, tidak berniat memberi tau teman-temannya tentang dirinya yang saat ini tengah menjadi guru vokal adik Putra.

   "Ya udah! Istirahat kalau capek, gue juga mau tidur." kata Via sambil memejamkan matanya.

   Sungguh! Pricilla benar-benar lelah hari ini, andai dia tidak pernah menerima tawaran Putra, pasti dirinya tidak akan se-lelah ini. Pricilla jadi teringat Gery, dia lupa memberi kabar kekasihnya. Pricilla segera mengirim pesan untuk Gery.

   'Udah tidur ko? Btw sorry ya, baru kasih kabar sekarang, barusan istirahat sebentar.'

   Sukses. Pesannya sudah berhasil terkirim ke Gery. Sekarang yang perlu Pricilla lakukan adalah menunggu balasan pesan dari Gery. Tidak menunggu lama, ponselnya kembali berbunyi, Pricilla yakin betul bahwa ini adalah kekasihnya.

   'Makasih untuk hari ini, Samanta seneng karena lo mau jadi guru dia. Btw sorry, gue nggak anterin lo pulang.'

   Apa mungkin Pricilla terlalu berhalunisasi? Rupanya pesan dari Putra, bukan dari Gery. Pesan terima kasih atas ajaran yang Pricilla berikan untuk Samanta, adik Putra. Btw soal pulang? Toh seharusnya Putra tidak perlu minta maaf, karena memang bukan salah Putra kan? Memang Pricilla sendiri yang lebih memilih untuk pulang sendiri daripada harus Putra antar.

   'Sama-sama. Nggak perlu minta maaf kali, bukan salah lo. Jangan mendadak amnesia, memang gue yang nggak mau lo anter.'

   Pesan balasan dari Pricilla untuk Putra sudah berhasil terkirim, Pricilla jadi mengingat kembali hari pertamanya saat bertemu Putra. Lamunannya buyar, saat ponselnya kembali berdering.

   'Oke, lain kali gue anter. Maksud gue besok. Besok ngajar kan?'

   Sungguh, Pricilla kesal. Mengapa bukan dari Gery? Mengapa lagi-lagi pesan dari Putra? Bagi Pricilla, Putra ini benar-benar tipe orang yang pemaksa, sangat pemaksa.

   "Elahhh, katanya capek, tidur lo! Besok nggak bisa bangun, gue yang susah bangunin lo." sindir Febby yang lagi-lagi membuat Pricilla tidak mood.

   "Bawel lo, bentar lagi anjir." balas Pricilla ketus.

   Matanya kembali fokus ke ponsel. Seolah bola matanya ingin keluar, saat ada satu pesan dari Gery.

   'Iya, nggak apa-apa Pric. Kalau gitu istirahat aja gih, jangan lupa berdoa dulu ya, selamat malam, mimpi indah.'

   Pricilla tersenyum sendiri saat membaca pesan balasan dari Gery. Baginya, saat ini Gery benar-benar terlihat sangat romantis. Hendak Pricilla akan kembali membalas pesan Gery, namun Putra sudah terlebih dahulu mengirim pesan lagi.

   'Kok diem? Udah tidur?'

   Moodnya hilang seketika, Pricilla segera mematikan ponselnya dan memejamkan matanya.

                                  ***

   Hari ini Pricilla benar-benar tidak bertemu Gery. Karena Gery masuk jadwal pagi dan dia masuk jadwal siang. Niatnya adalah sore ini untuk menemui kekasihnya itu, namun lagi-lagi Pricilla di sadarkan akan suatu hal, bahwa sore nanti dirinya akan kembali berada di rumah Putra mengajari Samanta. Sungguh, dirinya rindur, sangat rindu. Pricilla bersumpah, weekend ini akan dia habiskan harinya hanya bersama dengan Gery.

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang