dua puluh lima: Selesai

127 9 0
                                    

   Seminggu berlalu setelah ujian kampus berhasil terlaksanakan, kini seluruh mahasiswa dan mahasiswi dapat menikmati libur panjangnya, termasuk Gery. Liburan panjang ini kemungkinan bahwa Gery akan lebih sering berada di rumah sakit. Menghabiskan waktu yang seharusnya bersenang-senang dengan sahabatnya justru beralih ke rumah sakit yang sangat ia benci.

   Berbeda dengan Gery, Pricilla justru menikmati waktu liburannya bersama Putra dengan jalan-jalan mengunjungi tempat yang menarik. Disini lah Pricilla sekarang, di kedai kopi favoritnya, namun sekarang ini ia tengah sendiri, Putra harus menjemput Samanta yang berada di rumah neneknya.

   Dari semua pengunjung kedai kopi, hanya ada satu orang yang menarik perhatian Pricilla, bahkan kalau Pricilla tidak salah orang itu sedang berjalan ke arah Pricilla.

   "Pagi Pric, lama ya kita nggak ketemu." sapa lelaki itu masih berdiri dengan mata yang memandang Pricilla.

   Pricilla mendadak kaku, ia bungkam, tidak tahan jika terus-terusan saling pandang dengan lelaki tersebut.

   "Boleh duduk kan Pric?" tanya lelaki tersebut yang dengan sengaja meminta izin terlebih dahulu dengan Pricilla.

   Pricilla mengangguk, bahkan Pricilla sendiri juga tidak tau, mengapa ia mendadak kaku seperti ini? Mengapa ia mendadak diam tanpa kata seperti ini?

   Setelah mendapat persetujuan dari Pricilla, lantas lelaki itu segera duduk di bangku depan Pricilla. Lelaki itu tersenyum samar, membuat Pricilla mau tidak mau membalas senyuman itu.

   "Sendirian aja? Tumben nggak bareng Putra." ucap lelaki tersebut dengan mata yang penuh makna.

   Pricilla masih saja bungkam, ia tidak tau harus menjawab apa. Matanya tidak henti menatap lelaki di hadapannya ini, seolah lama sekali mereka tidak berjumpa.

   "Pric? Denger kan?" lelaki tersebut kembali membuyarkan lamunan Pricilla, membuat Pricilla menjadi salah tingkah sendiri.

   "Putra---- dia lagi ada urusan." Pricilla akhirnya bersuara, ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan lelaki di hadapannya tersebut.

   Lelaki tersebut manggut-manggut paham. Lelaki tersebut juga paham, kecanggungan Pricilla akan kehadiran dirinya. Kalau begitu langsung saja, tujuan awal lelaki tersebut menghampiri Pricilla adalah karena suatu hal.

   "Punya waktu banyak nggak Pric?" tanya lelaki itu memastikan.

   Pricilla mengangguk dengan cepat, lebih baik bersama dia kan? Daripada Pricilla duduk sendiri tanpa ada siapapun di hadapannya.

   "Boleh kita ngobrol?" tanya lelaki tersebut dengan tatapan mata tajamnya menatap ke arah Pricilla.

   Pricilla kembali mengangguk, membuat senyum kecil terbit dari sudut bibir laki-laki tersebut.

   "Lo mau ngomong apa Fer? Ngomong aja."

   Jadi, lelaki tersebut adalah Fero. Hampir tiga bulan lebih Pricilla tidak bertemu dengan Fero. Dan pertemuannya kali ini adalah pertemuan yang sangat tidak terduga bagi Pricilla. Fero datang menghampiri dan duduk persis di hadapan Pricilla dengan senyum khasnya.

   "Ada banyak hal yang ingin gue sampaikan ke lo Pric, tapi gue pikir itu akan memakan waktu yang lama. Jadi, mungkin beberapa saja yang menurut gue sangat penting dan yang sangat lo perlu ketahui." ujar Fero dengan jemarinya yang sibuk mengusap-usap gelas kopi panasnya.

   Pricilla menghela napasnya dalam. Apa lagi yang akan dibicarakan Fero? Suatu hal yang penting? Jika iya tidak masalah. Namun, jika tidak sangat akan bermasalah. Pricilla meneguk segelas kopi hangatnya sebelum ia membalas ucapan Fero.

Fake Loyal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang